REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Setelah tiga hari negosiasi, akhirnya polisi menggerebek Pondok Pesantren Umar Bin Khattab, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada Rabu (13/7). Dalam penggerebekan tersebut, polisi menyita sembilan buah bom molotov yang telah diletakkan di beberapa tempat.
"Hasil kegiatan penggeledahan di Ponpes UBK (Umar Bin Khattab) pada Rabu (13/7) pukul 16.00 WITA, ditemukan sembilan buah bom molotov yang telah diletakkan di beberapa tempat," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar dalam pesan singkat kepada Republika, Kamis (14/7).
Boy menambahkan, juga ditemukan beberapa buah senjata tajam dan puluhan ketapel serta isian anak panah. Lalu polisi juga menemukan buku-buku tentang jihad dan VCD deklarasi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Bekasi.
Pada beberapa titik, tambahnya, terdapat bekas ledakan ditandai dengan lantai keramik yang pecah (creater) serta peralatan membuat bom yaitu solder, avometer, belerang dan pipa sisa. "Ada bekas ledakan ditandai keramik pecah dan peralatan untuk membuat bom," tegasnya.
Bom rakitan meledak di dalam Ponpes Umar Bin Khattab pada Senin (11/7) sekitar pukul 15.30 WIB. Akibatnya seorang pengajar sekaligus bendahara ponpes, Firdaus alias Supriyanto tewas dengan sebagian kepala pecah dan luka-luka di bahu, lengan dan kaki.