REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Polisi masih mengamankan tujuh orang dari 13 orang yang diamankan polisi terkait ledakan bom di Pondok Pesantren Umar Bin Khattab, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Tujuh orang tersebut didalami dalam keterlibatannya pada ledakan bom tersebut, yang lainnya dibebaskan.
"Hanya tujuh orang yang didalami keterlibatannya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Ketut Untung Yoga Ana, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (14/7).
Yoga memaparkan tujuh orang tersebut yaitu MA (seorang pelajar berusia 17 tahun), RIU (pegawai swasta berusia 36 tahun) dan RH (pegawai swasta berusia 22 tahun). Selain itu, MY (kernet bemo berusia 26 tahun), MT (seorang guru berusia 38 tahun), S (tukang ojek berusia 23 tahun) dan J (23 tahun).
Sementara itu, ada sembilan bom molotov yang telah disebar di beberapa titik seperti di bawah jembatan depan ponpes dan depan pintu gerbang. Lalu polisi juga menemukan 25 anak panah, satu pucuk senapan angin, satu pucuk pedang, satu pucuk samurai dan dokumen jihad. "Juga ada pedang, golok, kapak, printer, telepon genggam dan satu peti kitab Al-Qur'an," jelas Ketut.