REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat menegaskan bahwa mereka akan terus mengirim bantuan sipil ke Pakistan, setelah sempat menangguhkan bantuan militer senilai US $800 juta dalam upaya meminta kerjasama keamanan yang lebih besar.
Thomas Nides, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Manajemen dan Sumber Daya, menyampaikan pesan itu dalam pembicaraan melalui telepon dengan Menteri Keuangan Pakistan, Abdul Hafeez Shaikh.
"Kami mengalami kemunduran pada sisi militer, tapi bantuan sipil kami tetap tidak ditangguhkan," kata Juru bicara Deplu AS, Mark Toner, menggambarkan pembicaraan kedua pejabat, Kamis (14/7). "Kami akan terus bekerja secara produktif pada sisi sipil. Bantuan itu terus akan mengalir."
AS menangguhkan bantuan militer—sekitar sepertiga dari paket pertahanan tahunannya senilai 2,7 miliar dolar—lebih kurang dua bulan setelah operasi yang menewaskan tersangka utama dalang teror Osama bin Laden.
Setelah serangan itu, AS berjanji untuk mempertahankan hubungan yang kokoh dengan Pakistan. Namun AS sempat frustrasi AS, termasuk karena keputusan Islamabad yang mengusir 200 personel AS yang direncanakan melatih pasukan Pakistan.
AS memulai kemitraan perang dengan Pakistan setelah serangan 11 September 2001 di Amerika, ketika Islamabad melepaskan dukungannya pada rezim garis keras Taliban di negara tetangga, Afghanistan.
Presiden Barack Obama yang memegang tampuk pemerintahan pada 2009 telah berjanji untuk mengalihkan hubungan itu dari hanya kerjasama militer menjadi pembangunan lembaga-lembaga sipil, sekolah dan infrastruktur Pakistan yang lemah.
Menurut Toner, AS telah memberi Pakistan sekitar 2 miliar dolar bantuan sipil sejak rancangan undang-undang kongres disetujui pada 2009. Dari bantuan itu, 550 juta dolar merupakan bantuan darurat untuk banjir besar di Pakistan tahun lalu.