REPUBLIKA.CO.ID,LAGOS--Sedikitnya 25 orang tewas dalam serangan militer Nigeria setelah ledakan bom yang dipersalahkan pada gerilyawan Islam, dan banyak orang lain yang telah dilaporkan hilang, demikian sebuah pernyataan Amnesti Internasional, Jumat. Pernyataan itu merujuk ke insiden akhir pekan lalu di kota Maiduguri di Nigeria timurlaut, yang telah menyaksikan gelombang serangan yang dikaitkan dengan sebuah sekte Islam yang dikenal sebagai Boko Haram dan tempat ratusan tentara telah dikerahkan.
Di Kaleri Ngomari Custain, di Maiduguri, pada Sabtu 9 Juli sedikitnya 25 orang tewas dan sedikitnya 45 orang terluka, termasuk sejumlah wanita dan anak, ketika Gugus Tugas Militer Gabungan menutup sebuah tempat bom dan pergi dari rumah ke rumah, menembak dan menangkap orang yang tinggal di wilayah itu," kata organisasi tersebut. "Banyak pria dan anak laki-laki telah dilaporkan hilang. Menurut beberapa saksi mata, pasukan keamanan telah membakar beberapa rumah, memaksa penghuninya untuk melarikan diri."
Militer melaporkan 11 orang tewas segera sesudah insiden itu, mengatakan semuanya anggota Boko Haram. Para warga menduga bahwa tentara telah menembak warga sipil dan membakar habis rumah mereka, tapi militer membantah telah menyerang orang yang tak bersalah. Ada ketegangan hebat di Maiduguri, yang dilanda oleh serangan hampir setiap hari dalam beberapa pekan belakangan ini. Tentara telah dituduh kembali menyerang warga sipil pada Jumat menyusul ledakan bom yang melukai delapan polisi.
"Laporan-laporan mengatakan anggota-anggota pasukan keamanan acapkali mengancam untuk menembak setiap orang di daerah itu jika mereka gagal memberi petunjuk pada mereka mengenai bom pada waktu yang akan datang. Sebagai akibatnya ribuan orang yang tinggal di Maiduguri telah meninggalkan kota itu, dan banyak lagi yang terus melakukannya.
"Amnesti Internasional minta pada pemerintah Nigeria untuk menyelidiki pembunuhan-pembunuhan itu dan membawa ke pengadilan setiap orang yang didapati bertanggungjawab atas kejahatan yang mengerikan itu. Tuduhan pemerkosaan atas wanita oleh anggota-anggota Gugus Tugas Gabungan juga harus diselidiki." Militer juga membantah tuduhan pemerkosaan itu.