REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Islam adalah agama dengan tata aturan yang runtut dan terarah. Kenyataan itu, oleh masyarakat barat, utamanya para mualaf dipandang sebagai hal menantang.
Demikian diungkapkan pendiri Mualaf Center, Steven Indra kepada republika.co.id via sambungan telepon, Senin (17/7). "Islam itu tantangan lho buat mereka," kata dia.
Steven mengatakan kehidupan ala dunia barat cenderung bebas dan tidak teratur. Kondisi tersebut jelas berbeda 180 derajat dengan apa yang telah diatur Islam terhadap umat.
Misal dalam masalah konsumsi alkohol, bagi masyarakat barat, alkohol bebas konsumsi seberapapun, kapan saja dan di mana saja. Sementara Islam tidak memperbolehkan itu. "Tidak gampang lho memutarbalikan kebiasaan seperti telapak tangan," kata dia.
Yang menarik, kata dia, mereka tidak menganggap itu sebagai sebuah hal yang ditakutkan. Tetapi sebuah kebiasaan baru yang menarik untuk mereka jalankan. Tak masalah, apakah itu menyulitkan mereka.
"Kenapa tertarik, karena mereka berpikir logis, mereka tidak melihat itu sebatas ritual, tapi disesuaikan dengan logika. seperti misal, mengapa harus ini dan itu," kata dia.
Populasi Muslim di dunia barat mengalami pertumbuhan signifikan dan tidak sebatas jumlah imigran, tetapi juga mereka yang mendapatkan hidayah.
Bahkan Rusia diprediksi pada tahun 2050 akan memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Lalu di Indonesia seperti Masjid Agung Sunda Kelapa, 20 persen dari individu yang memutuskan memeluk Islam berasal dari kalangan ekspatriat atau warga negara asing.