REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM - Satuan Tugas Khusus Gabungan Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), masih terus berburu bahan peledak yang disinyalir disembunyikan pengurus dan santri Pondok Pesantren Khilafiah Umar Bin Khatab, di lokasi tertentu di kawasan pegunungan Kabupaten Bima, NTB. Kepala Bidang Humas Polda Nusa Tenggara Barat, AKBP Sukarman Husein, membenarkan hal itu ketika dikonfirmasi di Mataram, Selasa (19/7).
Namun, ia menampik asumsi pihak tertentu bahwa penemuan serangkaian bom, dua diantaranya masih aktif, di kawasan pegunungan di Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Selasa pagi (19/7), merupakan tindakan teror bom. "Barang bukti yang ditemukan hari ini merupakan salah satu kiat dari kelompoknya Ustadz Abrori untuk menghilangkan barang bukti, tapi bukan berarti ada penyebaran bom," ujarnya.
Sukarman mengakui, upaya pencarian bahan peledak yang kemungkinan disembunyikan pengurus dan santri Ponpes Umar Bin Khatab, patut dilakukan untuk menjamin rasa aman kepada semua pihak. Asumsi banyak bahan peledak yang keberadaannya perlu diperjelas itu, mencuat setelah terjadi ledakan yang diduga bom rakitan di Ponpes Umar Bin Khatab, pada Senin (11/7) sekitar pukul 15.30 WITA, yang menewaskan seorang pengurus ponpes yakni Suryanto Abdullah alias Firdaus.
Pascaledakan itu pun polisi belum berani melakukan pengolahan di tempat kejadian perkara karena selain dihalang-halangi pengurus dan santri serta mantan santri, juga karena indikasi penyebaran bom rakitan di lokasi tertentu dalam ponpes itu. Polisi yang tergabung dalam Satuan Tugas Khusus Gabungan Polda NTB baru merealisasikan tindakan represif berupa penggerebekan di ponpes itu tiga hari kemudian atau pada Rabu sore (13/7).
Saat penggerebekan Ponpes Umar Bin Khatab Bima itu, polisi tidak menemukan seorang pun pengurus dan para santri dalam ponpes itu, namun polisi menemukan sejumlah bahan peledak dan benda berbahaya lainnya. Polisi menemukan sembilan buah bom molotov yang dirakit menggunakan botol, 30 batang anak panah, dua unit perangkat utama komputer dan satu unit printer, dan sepucuk senapan angin.
Polisi juga menemukan sebilah pedang, sebilah golok, sebilah kapak, satu unit telepon genggam, satu peti Al Quran, dan selembar kaos/rompi seragam laskar Jamaah Anshory Taudid (JAT), puluhan keping VCD jihad dan sejumlah bahan perakit bom seperti kabel, solder dan korek api.
Meskipun telah menemukan sejumlah bahan peledak dan benda berbahaya lainnya, namun polisi terus mengembangkan informasi untuk memperjelas asumsi adanya banyak bahan peledak lainnya dan senjata api organik yang pernah diinformasikan pihak tertentu.
Menurut Sukarman, pascaledakan benda yang diduga kuat bom rakitan itu, kawasan di sekitar Ponpes Umar Bin Khatab itu diisolasi agar memudahkan pengawasannya. "Kawasan itu diisolasi, namun bagaimana pun juga mereka berupaya untuk lolos dari dugaan-dugaan menyimpan bom atau bahan peledak lainnya, demi terhindar dari tuduhan terorisme," ujarnya.
Karena itu, kata Sukarman, ada kemungkinan pengurus dan santri ponpes itu berupaya mengungsikan barang bukti bahan peledak dan benda berbahaya lainnya dari kawasan ponpes itu. Ia mengatakan, ditemukannya serangkaian bahan peledak, termasuk dua bom aktif di kawasan pegunungan Soromandi, sekitar 20 kilometer dari lokasi Ponpes Umar Bin Khatab itu, merupakan indikasi adanya upaya menghilangkan barang bukti bahan peledak dari ponpes itu.
"Jadi diungsikan, itu tujuan mereka. Tapi indikasi penyebarannya belum ada," ujar Sukarman ketika menanggapi pertanyaan wartawan tentang kemungkinan adanya aksi penyebaran bom di wilayah Bima sebagai bentuk perlawanan jaringan teroris.