REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Presiden Kosovo, Atifete Jahjaga, menyesalkan sikap negara-negara di Dunia Islam, yang sebagian besar belum menyampaikan pengakuan terhadap kemerdekaan Republik Kosovo --yang diproklamasikan pada 17 Februari 2008 secara sepihak dari Serbia. "Kami heran dan bertanya-tanya mengapa sebagian besar negara Arab dan Islam belum mengakui kemerdekaan Republik Kosovo, padahal banyak negara Eropa dan Amerika Serikat sudah mengakui," kata wanita presiden itu dalam wawancara khusus dengan surat kabar Mesir, Al Ahram, Selasa (19/7).
Menurut Presiden Atifete Jahjaga, Kosovo sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, sangat mendambakan pengakuan negara-negara Islam untuk memperkuat kedaulatan dan membangun kehidupan demokrasi. Ia mengungkapkan, dari negara-negara Arab sendiri baru tercatat enam negara yang mengakui kemerdekaan Kosovo, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Jordania, dan Oman.
Begitu pula dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang mengakui kemerdekaan Kosovo juga baru dihitung dengan jari, yaitu selain kelima negara Arab itu, juga Turki, Malaysia, Afghanistan, Komoro, Jibouti dan Maladewa. Sejauh ini Kosovo telah dikaui kemerdekaannya oleh 67 negara anggota PBB, sebagian besar dari Uni Eropa, Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin dan Asia Timur Jauh.
Dari Asia Tenggara baru Malaysia mengakuinya, sementara Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia belum tercatat mengakui kemerdekaan negeri Balkan pecahan Yugoslavia tersebut. Kosovo berpenduduk 1,9 juta jiwa, 90 persen di antaranya penganut Islam.
Di sisi lain, Presiden Atifete memuji revolusi Mesir sebagai awal yang baik bagi kehidupan demokrasi di negeri Piramida itu.Namun, Atifete juga mempertanyakan sikap pemerintah Mesir yang sejauh ini juga belum mengakui kemerdekaan Kosovo. Kendati demikian, Presiden Atifete menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pemerintah Mesir, yang mendukung keanggotaan Kosovo di Bank Dunia dan Bank Pembangunan.