REPUBLIKA.CO.ID, CHECHNYA - Interpretasi terhadap syariat Islam di Cechnya semakin keras. Dalam usul terbarunya, Chechnya melarang semua minuman beralkohol, termasuk minuman berenergi.
Tidak hanya itu, para muslimah Chechnya juga diwajibkan mengenakan jilbab tatkala berada di gedung-gedung negara. Kontan, usul tersebut menuai kritik, karena melanggar konstitusi Rusia.
"Minuman berenergi sebanding dengan bir," kata Wakil Menteri Kesehatan Chechnya Rukman Bartiyev, Selasa (19/7).
Namun Chechnya tidak hanya wilayah pertama yang mengeluarkan larangan terhadap minuman beralkohol. Pada April lalu, misalnya, pengecer di wilayah Belgorod yang berada di wilayah Gubernur Yevgenny Savchenko melarang perayaan hari kasih sayang sayang atau Valentin Day selama hampir dua tahun lamanya, sehingga tidak memperjualbelikan minuman beralkohol.
Pelarangan yang mendapat dukungan dari Uskup Agung Ortodok setempat, merupakan bentuk perlawanan terhadap tradisi di Rusia. Selain itu, pihak berwenang setempat juga didesak secara sukarela berhenti memperdagangkan minuman berenergi.
Larangan tersebut bakal segera menjadi keputusan nasional. Pada bulan lalu, parlemen Rusia, Duma, mulai memperdebatkan RUU yang akan menempatkan kafein dalam minuman berenergi berdasarkan pijakan hukum yang sama dengan bir, juga melarang penjualan kepada anak-anak.
Beberapa merek minuman energi beralkohol, memiliki reputasi menakutkan sebagai minuman pilihan bagi preman di kota-kota Rusia. Tapi perusahaan minuman ringan mengaku cemas atas usul tersebut. Mereka mengatakan bahwa minuman energi berbasis kafein tidak lebih berbahaya bagi orang muda daripada minuman ringan lainnya.