REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR dari FPKS Ma'mur Hasanuddin menilai teknologi pakan untuk sapi yang dimiliki Indonesia masih lebih baik dari Australia. Kondisi itu merupakan peluang besar bagi peternak di Indonesia untuk mengalahkan peternak sapi Australia.
Australia tidak fokus pada pengembangan teknologi pakan untuk sapi dan mereka mengembala sapi dengan sistem "ranch" (pengembalaan dengan sistem ladang yang luas), kata Ma'mur di Jakarta, Kamis. Sementara Indonesia, dengan dukungan sumber daya alam yang dimilikinya, berpeluang sebagai produsen sapi yang tak terkalahkan di dunia.
"Potensi sumber daya alam Indonesia sangat mumpuni, riset sudah mulai dikembangkan, hanya dukungan kebijakan anggaran terhadap riset ini masih payah," ujarnya. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), dimana lembaga tersebut sedang melakukan riset dengan obyek bansos (Bantuan Sosial) sapi tahun 2009, menunjukkan bahwa pakan dari pelepah sawit sangat efisien dan teknologi maupun sumber dayanya tidak dimiliki Australia.
Lahan sawit di Indonesia, berdasar data tahun 2007, sekitar 9 juta Ha dikelola oleh sekitar 50-an perusahaan sawit. Itu berdasar keputusan menteri pertanian tahun 2007. Sekitar 9 juta Ha sawit inilah potensi besar bagi Indonesia untuk menghasilkan pakan sapi yang lebih dari cukup.
Untuk teknologi pakan sapi, Jepang, Amerika atau Eropa masih menguasai, namun dari sisi sumber daya alam, Indonesia yang paling unggul.
"Untuk itu teknologi pakan sapi ini perlu di dukung penuh oleh pemerintah dalam kebijakan anggarannya. Sehingga pemenuhan produksi sapi di Indonesia, cukup dikembangkan dari dalam negeri saja. Tidak perlu campur tangan sumber daya luar untuk mengembangkan sapi dalam negeri," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa kedepannya, swasembada sapi yang berimplikasi pada swasembada daging semestinya sudah ada di depan mata. Selanjutnya. menurut Ma'mur tinggal kemauan pemerintah untuk menangkap peluang ini.
"Jika ada niat baik, pasti akan terlaksana target swasembada sapi ini pada kurun waktu 4 tahun. Namun jika di pengaruhi pada kebijakan-kebijakan politis yang tidak berpihak kepada rakyat, maka peluang itu akan menjadi sia-sia," ujarnya.