Senin 25 Jul 2011 23:03 WIB

Diminta Kampanye Perbaiki Citra AS, Grup Hip-Hop Muslim Alami Dilema

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Native Deen dalam sebuah konser
Foto: EPA
Native Deen dalam sebuah konser

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Terjebak dalam pilihan sulit, itulah yang dialami grup hip hop Muslim asal AS, Native Dean. Serupa dengan tentara Muslim AS yang bertugas di dunia Islam, Native Deen mengalami tekanan batin lantaran diminta turut ambil bagian dalam misi meredakan rasa kebencian terhadap AS.

Tak dipungkiri, Native Deen merasa AS belum memperlakukan dunia Islam sebagaimana layaknya hubungan antarbangsa. Menurut mereka, AS lebih dominan memaksakan kehendaknya kepada dunia Islam. 

“Kami mengalami perdebatan batin,” kata Abdul Malik Ahmad, salah seorang personel Dean native, seperti dikutip dari New York Times, Senin (25/7). "Haruskah kita melakukannya?" demikian pernyataan yang mengemuka disetiap personel Dean Native.

Ahmad menuturkan tidak sedikit Muslim AS yang mencibir keikutsertaan Dean Native dalam misi tersebut. Cibiran itu, menurut dia, begitu menyakitkan.

Sebab, oleh mereka yang mengkritik AS dalam berhubungan dengan dunia Islam, Native Deen dianggap boneka. “Oke, kami mengebom negara anda, tapi kalian Muslim,” begitulah cibiran yang kerap didengar Ahmed dkk.

Lantaran tertekan, grup yang digawangi  Abdul Malik Ahmad, 35 tahun, Naeem Muhammad, 35, dan Joshua Salaam, 37, mengharapkan komunitas Muslim dapat membantu mereka menemukan solusinya. Dari masukan Komunitas Muslim AS, Native Deen akhirnya memutuskan untuk menolak untuk ambil bagian dari misi dan lebih mengedepankan gerakan mengusung toleransi dan iman.

Sejak saat itu, Dean Native bersama Departemen Luar Negeri AS, telah mengujungi sejumlah negara Timur Tengah seperti  Mesir, Tanzania, Yordania dan wilayah Palestina.

Langkah berbeda justru diambil grup hip hop Muslim lain seperti  Mos Def dan Lupe Fiasco. Mos Def misalnya, lebih fokus dalam syiar Islam melalui Masjid. Lirik yang diketengahkan pun bersifat santun. Jauh dengan karakter Dean Native yang begitu mencolok. “Kami cenderung berurusan dengan komunitas Masjid,” kata Salaam Pak, salah seorang personel Mos Def.

Menurut Salaam, masjid merupakan pusat kegiatan komunitas Muslim. Untuk itu, penyebaraan syiar melalui masjid merupakan cara efektif guna menyampaikan pesan dengan sasaran yang tepat. “Mereka mungkin menyambangi masjid seminggu sekali atau setahun sekali. Namun lebih efektif,” kata dia.

Beda Karakter

Meski budaya hip hop mengakar di tanah AS, namun bukan berarti musik yang ditawarkan secara otomatis dapat diterima. Sebagai gambaran saja, hip hop Muslim yang dimainkan Native Deen atau Mos Def lebih menarik minat penonton asal Timur Tengah dan Asia Selatan.

Suad Abdul Khabeer, Antropolog dari Universitas Purdue mengatakan musik yang ditawarkan Native Deen atau Mos Def lebih cenderung terpengaruh dengan musik Nasyid yang berasal dari Timur Tengah. Akibatnya, musik yang ditawarkan tidak mengena dikalangan Afro Amerika yang cenderung menyukai lirik agresif.

“Mereka yang Afro Amerika sedikit menyukai “lite”,” kata dia.

Karena itu, kata Khabeer, grup hip hop Muslim keturunan Afro Amerika memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas mereka. Tengok saja, nama-nama seperti Afrika Bambaataa dan Wu-Tang Clan. “Mereka pada hal bukan grup hip hop Muslim, namun mereka lebih diterima,” kata dia.

"Kami tidak pernah melihat diri kita seperti ini, karena kami baru saja melakukannya, tapi orang-orang melihat kami sebagai pelopor dalam musik muslim," kata Salaam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement