REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan presiden Mesir Hosni Mubarak menderita depresi parah dan menolak makan, demikian laporan media resmi negeri itu, Selasa (26/7).
Wakil Menteri Kesehatan Abdel-Hamid Abazza mengatakan Mubarak sangat tertekan, tapi kondisinya stabil, demikian laporan kantor berita resmi Mesir, MENA. "Ia sepenuhnya menolak makan dan cuma minum jus, sehingga ia kehilangan berat dan tubuhnya jadi lemah," katanya.
Beberapa dokter dijadwalkan memutuskan dalam beberapa jam apakah ia mesti diberi makan melalui tabung, kata Assem Azzam, Wakil Kepala Rumah Sakit Internasional Sharm Esh-Sheikh.
Mubarak dijadwalkan hadir di pengadilan pada 3 Agustus, bersama dengan mantan menteri dalam negeri Habib El-Adli dan enam pembantunya, demikian pengumuman Hakim Abel Gomaa pada Senin. Mubarak dan El-Adli menghadapi tuntutan yang sama.
Mubarak telah dirawat di rumah sakit sejak April, ketika ia diinterogasi oleh jaksa penuntut umum.
Mubarak dan putra-putranya akan diadili atas kematian demonstran, kata sumber-sumber di kantor kejaksaan agung Mesir belum lama ini.
Mubarak, yang digulingkan dari kursi presiden tanggal 11 Februari, ditahan di satu rumah sakit di kawasan pelancongan Laut Merah di Sharm Esh-Sheikh. Mubarak dan istrinya, Suzanne, juga dituduh mengumpulkan kekayaan secara melawan hukum ketika mereka berkuasa selama 30 tahun.
Putra mereka, Alaa dan Gamal, ditahan di penjara Tora di Kairo. Mereka menghadapi dakwaan kecurangan.
Sejumlah demonstran tewas dalam gelombang unjuk rasa anti-pemerintah di Bundara At-Tahrir di ibu kota Mesir, Kairo, dan beberapa tempat lain di Mesir.
Pada Sabtu (23/7), petugas keamanan di Mesir menembakkan gas air mata untuk membubarkan peserta demonstrasi pro-pembaruan yang bentrok dengan kelompok pendukung dewan militer --yang kini berkuasa.
Para demonstran berjalan menuju kantor Kementerian Pertahanan di Kairo, Sabtu, dan kemudian menurut saksi mata, mereka dihujani dengan kerikil, batu dan botol oleh kelompok yang setia kepada militer.
Protes tetap berlangsung meskipun ketua dewan militer Mesir sudah menjanjikan akan memulai upaya membangun demokrasi sesungguhnya di negara itu.