REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM – Masalah utama yang dihadapi kaum Muslimin Swedia dalam menyambut Ramadhan adalah masalah hilal. Umat Islam Swedia kerap berbeda pendapat dalam menentukan jatuhnya awal Ramadhan karena keterbatasan lembaga agama Islam yang menjadi rujukan.
Memang terdapat Islamic Center di Swedia, namun tidak dapat menjangkau seluruh umat Islam yang tersebar di berbagai wilayah. Lagi pula, media-media di Swedia tidak memberikan bantuan menyebarluaskan tentang kedatangan bulan Ramadhan. Walau demikian, kaum Muslimin di Swedia kebanyakan mengikuti Arab Saudi dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Ada suatu perbedaan besar antara cara merayakan Ramadhan di negara-negara Skandinavia dan negara-negara Eropa yang lainnya terkait dengan jumlah umat Islam. Walau mereka menjadi minoritas di Swedia, namun Ramadhan membentuk suasana spiritual berbeda yang dinanti-nanti kehadirannya dari tahun ke tahun.
Begitu mengetahui munculnya hilal, umat Islam Swedia akan saling memberi selamat satu dengan lainnya. Mereka melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid-masjid terdekat atau tempat-tempat lain yang disewakan sebagai tempat ibadah, jika di sana tidak terdapat masjid.
Sejak 2007, diperkirakan terdapat 250.000 sampai 350.000 Muslim di Swedia—naik dari 1,8 persen menjadi 4,4 persen dari total 9 juta populasi Swedia. Mayoritas Muslim di Swedia adalah imigran. Satu persen populasi Muslim tinggal di kota-kota besar, dan lebih dari 60 persen berada di tiga kota besar seperti Stockholm, Göteborg, dan Malmo.
Populasi Muslim Swedia cukup beragam, berasal dari lebih 40 negara berbeda seperti Turki, Bosnia, Iran, Pakistan, Arab Saudi, negara-negara Afrika, Asia, dan negara-negara Eropa dan lainnya.
Sebagian besar populasi Muslim di Swedia berasal dari Turki. Pada 1980-an, mereka menjadi populasi mayoritas Muslim di Swedia, namun kini hanya sekitar 10 persen dari total seluruh Muslim. Walau demikian, populasi Turki tetap mendominasi dan memengaruhi politik Islam di Swedia, melalui kelompok-kelompok mapan dan kekuatan lobi mereka.
Populasi Iran merupakan komunitas Muslim terbesar kedua, mencapai sekitar 52.000 jiwa—yang sebagian besar datang sebagai pengungsi pada 1985. Meskipun kebanyakan anggota populasi ini agak sekuler, seperenamnya ditengarai beragama Islam.
Populasi besar lainnya adalah warga Irak, yang sebagian besar orang Kurdi—pengungsi perang Iran-Irak dan korban kebijakan pembersihan etnis Saddam Hussein. Selanjutnya menyusul populasi dari Lebanon, Maroko, Suriah, Tunisia, dan Palestina. Sementara populasi besar Afrika berasal dari Somalia, Ethiopia, yang disusul populasi Balkan. Terdapat sekitar 40.000 Muslim dari Bosnia, dan sejumlah besar pengungsi bekas negara Yugoslavia selama perang sipil.
Sebagian besar Muslim di Swedia adalah Sunni, meskipun pada 1990-an penganut Syiah cukup mendominasi, mencapai sekitar 60.000 jiwa.