BEIJING – Satu hari tepat sebelum memulai Ramadhan, Muslim di Cina mengalami duka. Sedikitnya 11 orang terbunuh dalam serangkaian serangan di kawasan Xinjiang.
"Ada jerit tangis dan darah di mana-mana. Orang-orang yang ketakutan membanjiri kantor kami untuk bersembunyi," ujar seorang wanita warga Xinjiang, Yang Hongmey.
Paling tidak delapan orang terbunh dalam dua serangan bagian Kashgar, Xinjiang. Dua pria bersenjata belati menyerang para warga.
"Petugas keamanan kami mencoba menyelamatkan warga sementar manajer kami berupaya menahan si penyerang dengan memeganginya, namun si pria memiliki pisau dan menikammnya di perut," tutur Yang.
Tiga orang, termasuk satu polisi, juga terbunuh sementara 28 lain terluka dalam ledakan di kota yang sama. Dua serangan itu terjadi kurang dari da pekan setelah 18 orang terbunuh dalam serangan di kawasan Xinjiang.
Ibu kota Xinjiang, Urumqi kerap menjadi lokasi kekerasan berdarah. Pada Juli 2009, ketika minoritas Muslim Uighur menolak pembatasan pemerintah Cina di kawasan itu terjadi kerusuhan hebat.
Para pemimpin Uighur di pengasingan mengatakan kota itu kini berada dalam hukum darurat militer. Puluhan orang telah ditahan. "Kondisi darurat militer diterapkan di Kashgar dan pemerintah telah menangkap sedikitnya 100 orang Uighur," ujar Kongres Uighur Dunia berbasis di Jerman seperti dilansir Reuters.
"Sulit sekali melakukan protes damai di Cina bila ada penindasan dan kekerasan di sana, juga ketika ada kebijakan penghitungan pemukim," ujar jurubicara Dilxat Raxit, mengacu pada etnis Han yang direlokasi secara besar-besaran di Xinjiang.