Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal
Panca indera merupakan instrumen penting bagi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Namun antara satu indera dengan indera yang lainnya terdapat perbedaan, ditinjau dari sisi mana yang terpenting bagi manusia dalam interaksinya. Ketika salah satu alat indera hilang, maka terdapat dua kemungkinan.
Pertama, pengaruhnya selain terkait dengan fungsi indera yang hilang tersebut, juga mempunyai pengaruh terhadap fungsi indera yang lainnya. Yang kedua, pengaruhnya hanya terkait dengan fungsi indera yang hilang tersebut dan tidak berpengaruh terhadap fungsi indera yang lainnya.
Panca indera manusia, sebagaimana yang kita ketahui meliputi lima indera, yaitu, penglihatan, pendengaran, penciuaman, peraba dan perasa. Untuk masing-masing indera terdapat sel-sel indera khusus yang bertanggungjawab untuk mengantarkan pengaruh yang datang dari luar tubuh ke pusat syarat yang terdapat di otak—melalui sel-sel perantara—sehingga pengaruh yang datang itu bisa cepat direspon.
Kelima indera yang dimiliki manusia ini harus bekerja secara padu dalam menjalankan fungsinya masing-masing sehingga manfaat dari panca indera ini bisa dicapai secara sempurna. Dan jika salah satu dari kelima indera ini kehilangan fungsinya, maka kesempurnaan indera ini tidak dapat dicapai.
Ciri yang menandakan bahwa suatu alat indera tidak bisa berfungsi secara sempurna, dapat diketahui secara langsung dengan memerhatikan tingkat kecepatan respon yang diberikan otak atas pengaruh yang sampai kepadanya. Kelambatan respon ini, terkadang bisa membawa akibat yang bisa membahayakan manusia.
Dalam kasus tertentu yang terjadi pada belbagai jenis makhluk hidup, disfungsi yang terjadi pada alat indranya, bisa mengakibatkan makhluk tersebut ‘tertidur’ dalam hitungan waktu yang bisa mencapai 100 tahun, sebagaimana yang terjadi pada serangga. Dan juga bisa menimpa manusia, cuma dalam hitungan waktu yang lebih sedikit. Yaitu yang disebut dengan ‘tidur’ (naum).
Berkaitan dengan fenomena ‘tidur’, beberapa ilmuwan telah melakukan penelitian guna memahami mekanisme dan pengaruh alat indera yang dimilikinya terhadap aktifitas ‘istirahat’ ini.
Salah satu kesimpulan dari penelitan-penelitian itu menyatakan bahwa indera pendengaran memiliki pengaruh yang besar, kaitannya dengan aktifitas tidur berbagai makhluk hidup. Yang kami maksud dengan indera pendengaran ini, adalah bagian organ tubuh yang berinteraksi dengan bunyi-bunyian dan suara yang berfungsi untuk merubah suara-suara tersebut menjadi getaran listrik yang dapat direspon oleh pusat syaraf pendengaran yang terdapat di otak.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan juga, bahwa aktifitas tidur sulit dilakukan, jika alat indera pendengaran yang dimiliki makhluk hidup tersebut masih aktif dalam menerima dan mengantarkan sinyal suara yang diterimanya serta dalam meresponnya. Adapun jika kedua fungsi atau salah satunya menurun, maka aktifitas tidur, relatif mudah dilakukan.
Kesimpulan ini tidak bertentangan dengan fungsi indera pendengaran yang dimiliki sebagian makhluk yang tidak tahan terhadap sinar (Allaa Dhou-iyyah) dan mempunyai kebiasaan untuk hidup dalam kegelapan. Karena pada dasarnya, aktifitas ‘tidur’ jenis makhluk ini, sama dengan tidurnya jenis makhluk lainnya (adh-Dou-iyyah), meskipun berbeda dalam mekanismenya dan dalam fungsi pengantaran sinyal suara dan responnya.
Pada sebagian makhluk hidup, indera pendengaran ini merupakan alat indera terpenting dalam dinamika kehidupannya, yang dengannya ia dapat cepat merespon setiap pengaruh yang datang dari luar tubuhnya sesuai lingkungannya masing-masing. Dengan perbedaan tertentu antara satu jenis makhluk dengan jenis makhluk lainnya dan antara makhluk sejenis.
Selanjutnya, jika kita telah mengetahui peranan penting yang dimiliki oleh indera pendengaran ini dan pengaruhnya terhadap aktifitas ‘tidur’, sesuai dengan hasil penelitian di bidang anatomi tubuh dan fungsinya, maka kita dapatkan Alquran, sejak 14 abad yang lalu telah memberikan petunjuknya, berkaitan dengan hal ini, yaitu pada surah Al-Kahfi ayat 11. Allah SWT berfirman: "Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu."
Ayat di atas memberikan isyarat akan peranan penting yang dimainkan oleh indera pendengaran, kaitannya dengan aktifitas tidur. Bahkan jika kita mau memerhatikan maksud ayat ini lebih jauh lagi, kita akan mendapatkan bahwa ayat di atas, memberi petunjuk tentang teknik membuat manusia kehilangan kesadarannya akan lingkungan yang mengelilinginya, yaitu dengan melakukan isolasi pada bagian tengah telinganya. Hal ini sebagaimana dalam pilihan kata pada ayat diatas yang menggunakan kata ‘ala aadzaanihim’, tidak dengan menggunakan kata ‘fii aadzaanihim’.