REPUBLIKA.CO.ID, NAGEV - Tujuh ribu tawanan Palestina di penjara Israel menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan suasana yang sangat menyedihkan. Kondisi tumpang tindihnya penderitaan akibat kebijakan pemerintah Zionis yang senantiasa menekan para tawanan dengan segala aktivitasnya, menyusul undang-undang Shalit, salah satu alasan bertambah beratnya penyiksaan yang dialami para tawanan di dalam penjara.
Penjara Nagev yang berada di tengah-tengah padang pasir yang dihuni 1500 tawanan Palestina menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan suhu yang sangat panas. Disamping penolakan dari pemerintah Israel terhadap tambahan fasilitas yang merupakan hak bagi para tawanan, seperti kantin yang biasanya berguna untuk memperbaiki buruknya makanan di dalam penjara selama bulan Ramadhan.
Tawanan Muhammad Ubaidi di penjara Nagev mengatakan, udara di Nagev sangat terik pada musim panas. Jika orang yang berada di luar tawanan dapat menikmati AC, maka bagi kami datangnya Ramadhan disambut dengan agresi dan tekanan Israel hingga saat kami menyantap makanan.
Tawanan Dilarang Membawa Masuk Makanan
Ubaidi mengisyaratkan, penjara Nagev menolak masuknya semua bentuk makanan bagi tawanan pada bulan Ramadhan. Demikian juga mereka menolak masuknya kantin makanan pada bulan Ramadhan.
Pemerintah Israel memutuskan menyunat barang-barang yang masuk ke dalam penjara serta membatasi penggunaan kantin bagi setiap tawanan, karena mereka akan memberikan satu keranjang makanan bagi setiap tawanan khusus pada bulan Ramadhan, kurang lebih 400 gram kue atau manisan. Hal tersebut tentu ditolak para tawanan.
Mereka meminta pihak pengelola mengizinkan pihak keluarga tawanan mengirimkan makanan dari luar penjara, sebagaimana sebelumnya. Atau mengizinkan para tawanan menyantap makanan saat keluarga mengunjunginya ke penjara.
Di sisi lain, para tawanan mengeluhkan jumlah makanan yang tidak berubah sejak dulu yang sedikit, tidak cukup bagi mereka. Oleh karena itu sebagian tawanan menyiasatinya dengan membeli makanan dari kantin yang ada di dalam penjara, walau harganya sangat tinggi.
Beberapa hari sebelumnya, pengelola penjara menyampaikan bahwa pihaknya melarang para tawanan membeli daging ayam dari tempat pembelian semula tiap bulannya. Tetapi pihak penjara akan memberikannya secara bertahap, dengan alasan untuk menghindari penyelundupan hp. Hal ini tentu merupakan alasan yang diada-adakan.
Larangan Menggelar atau Mengikuti Berbagai Acara di Penjara
Hasan Shawafitah, tawanan penjara Over mengisyaratkan, pengelola penjara memberlakukan peraturan baru di bulan Ramadhan, yaitu larangan mengikuti berbagai acara atau program Ramadhan. Mereka juga dilarang menyaksian siaran televisi di dalam penjara seperti siaran Aljazeera yang biasanya mengadakan acara kajian bulan Ramadhan.
Para tawanan mengungkapkan kemarahannya setelah munculnya keputusan tersebut, sejak dua pekan lalu. Dimana pengelola penjara melarang masuknya koran, televisi menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Tekanan Dalam Ibadah
Pengelola penjara menerapkan tekanan pada para tawanan menjelang masuknya bulan Ramadhan, tak terkecuali dalam hal ibadah. Pengelola penjara melarang masuknya buku-buku, sajadah, shalat, makanan ta'jil, pakaian dan kunjungan khusus pihak keluarga ataupun melakukan syiar-syiar agama, tanpa alasan.
Pengelola penjara tidak merespon tuntutan para tawanan untuk membagikan makanan pada saat berbuka atau sahur. Mereka juga melarang tawanan melakukan shalat taraweh secara berjama’ah. Mereka hanya mengizinkan 60 orang saja untuk mengikuti shalat tanpa ada acara apapun setelahnya.