Kamis 04 Aug 2011 18:19 WIB

Empat Orang Ditembak Mati di Thailand Selatan

REPUBLIKA.CO.ID,YALA--Pejuang menembak mati empat orang pada Kamis dalam serangan terpisah di wilayah bergolak Thailand selatan di tengah kekuatiran akan lonjakan kekerasan selama bulan suci Ramadan, kata polisi. Seorang guru agama berusia 39 tahun ditembak mati saat mandi dalam serangan pra-fajar di rumahnya di propinsi Pattani, sementara sepasang suami-isteri, juga pada usia 30-an tahun, tewas dalam perjalanan pulang dari bekerja di ladang karet.

Di Yala, propinsi tetangga, relawan pertahanan berumur 38 tahun tewas dalam penembakan berkendaraan, kata polisi. Panglima tentara Thailand pada awal pekan ini memperingatkan bahwa kerusuhan mungkin merebak di wilayah itu dalam bulan puasa, seperti bertahun sebelumnya sejak pejuang bayangan melancarkan perlawanan pada awal 2004.

Kelompok hak asasi menyatakan pejuang itu memberontak terhadap sejarah panjang pembedaan atas suku Melayu di pedalaman selatan oleh pemerintah di negara berpenduduk sebagian besar suku Siam tersebut. Tapi, pejuang itu tetap merendah dan tidak mengumumkan tujuan mereka.

Lebih dari 4,700 orang tewas dalam perlawanan itu, kata angka terkini dari Pengamat Pedalaman Selatan, yang memantau ketat kemelut tersebut. Pengamat Pedalaman Selatan menyatakan lebih dari setengah dari korban adalah suku Melayu, banyak di antaranya disasar kemungkinan karena dinilai sebagai penghianat, karena bekerja sama dengan pemerintah setempat.

Serangan meningkat dalam beberapa bulan belakangan, dengan penduduk desa Melayu, pasukan keamanan, biksu dan guru di antara korban penembakan berkendaraan dan pemboman, yang dituding dilakukan sebagian besar oleh gerilyawan. Meskipun pasukan keamanan dengan lebih dari 60.000 orang bertugas di kawasan itu, pemerintah membuat sedikit kemajuan dalam menanggulangi kerusuhan tersebut, dengan tidak ada kelompok mengaku bertanggung jawab.

Pengecam menuduh pemerintah gagal mengatasi keluhan suku kecil Melayu Thailand, termasuk melakukan dugaan pelanggaran oleh tentara dan kurang menghormati jatidiri, bahasa, dan agama mereka. Ketiga propinsi itu, Yala, Narathiwat, dan Pattani, merupakan bagian dari kesultanan mandiri sampai dicaplok Thailand seabad lalu.

Pejuang menyasar lambang negara Thailand, termasuk polisi, tentara, pegawai negeri, biksu dan guru. Mereka juga menyasar warga Melayu, yang bekerja untuk negara tersebut. "Pejuang mengubah siasat mereka, dengan serangan lebih ganas, bukan sering, dan menyasar guru dan pejabat," kata perdana menteri Thailand Abhisit Vejjajiva.

Thailand memperpanjang keadaan darurat pada 18 Januari di sebagian besar wilayah berpenduduk sebagian besar suku Melayu itu selama tiga bulan, meskipun ada kekuatiran kelompok hak asasi tentang kekuasaan, yang diberikan kepada tentara. Aturan darurat tersebut diberlakukan di wilayah bermasalah itu pada pertengahan 2005 dengan tujuan memulihkan perdamaian dan ketertiban di propinsi bergolak tersebut.

Dengan aturan darurat itu, pegiat kuatir budaya pembiaran dikembangkan di wilayah itu dan menuduh pemerintah menyalahgunakan wewenang kekuasaan dengan undang-undang tersebut, termasuk pembolehan menahan tersangka 30 hari tanpa tuduhan.

Pemerintah Thailand menyiapkan pencabutan aturan darurat lima tahun di daerah tertentu di perbatasan terlanda kekerasan di pedalaman Thailand selatan, kata Abhisit pada akhir Desember. Ia mengatakan keputusan tersebut pertama akan mencabut aturan darurat di kabupaten Mae Lan di propinsi Pattani.

sumber : antara/AFP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement