Senin 08 Aug 2011 13:29 WIB

London Rusuh, Kematian Warga Korban Penembakan Polisi Picu Huru-hara

Polisi anti huru-hara London berpatroli melintas di depan bangunan yang dibakar massa.
Foto: PA
Polisi anti huru-hara London berpatroli melintas di depan bangunan yang dibakar massa.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Kerusuhan terbaru meletus di jalanan London utara pada Ahad, petang, sehari setelah terjadi huru-hara dan penjarahan. Insiden itu terjadi di tengah komunitas yang marah atas korban meninggal akibat penembakan polisi.

Segera, polisi menerjukan petugas ekstra di jalanan London untuk mencegah kekerasan Sabtu terulang lagi di London utara. Kawasan tersebut tepatnya area Tottenham yang pada Ahad kemarin terlihat lebih tenang.

Namun kerusuhan pecah di Enfield, sekitar 8 kilometer utara Tottenham. Rekaman teleisi menunjukkan huru-hara dan banyak petugas polisi berpatroli di jalan. Ada pula gambar jendela-jendela toko yang rusak dan polisi dengan anjing-anjing menahan setidaknya satu orang.

Sebuah protes damai terhdap pembunuhan pria berusia 29 tahun di Tottenham memburuk berakhir rusuh pada Sabtu malam. Pelaku huru-hara membakar bus tingkat khas London, merusak mobil-mobil patroli dan mencemari sebuah mal perbelanjaan di distrik Wood Green, dekat kawasan.

Sementara di Enfield, dilaporkan bahwa sebuah mobil polisi diserang, dan televisi Sky News melaporkan bahwa ratusan pemuda turun ke jalan membuat masalah dengan sebuah tayangan menunjukkan toko obat yang dijarah.

"Kami telah menempatkan petugas ekstra untuk bertugas malam ini di penjuru ibu kota," ujar komandan polisi, Christine Jones. "Kami dengan hati-hati memantai setiap laporan intelijen da memastikan bahwa kami telah menempatkan petugas di tempat yang benar. Tak ada seorang pun yang ingin menyaksikan adegan pada malam lalu di Tottenham."

Pada kekerasaan saat Sabtu, beberapa bangunan terlihat terbakar berkobar-kobar. Tayangan TV menunjukkan bis tingkat yang menjadi bola api dan ratusan polisi bergerak ke jalan mencoba memulihkan ketertiban.

Polisi mengatakan 26 petugas terluka, sebagian luka kecil dan menangkap 55 orang, termasuk 4 orang pada Ahad. Mayoritas tahanan didakwa atas perampokan dan melakukan tindak kekerasan seperti penyerangan, perampokan, pencurian dan penjarahan serta penadah.

Sementara departemen pemadam kebakaran menyatakan harus memadamkam 49 kebakaran utama di Tottehnam. Namun tidak ada petugas PMK yang terluka.

Kekerasan itu melemparkan kecemasan atas kota yang tengah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Olimpiade 2012. "Saya harap orang-orang akan memiliki Olimpiade fantastik terlepas apa pun yang terjadi malam tadi," ujar walikota London, Boris Johnson, dalam wawancara telepon dengan televisi BBC, mencoba meyakinkan kepada dunia bahwa kotanya aman.

Namun pihak lain tak seyakin itu, dengan menyatakan bahwa huru-hara telah mengungkap ketegangan yang baru dimulai pada saat pemotongan tajam dana publik dan ketidak pastian ekonomi.

"Ini hanya sekilas sebelum ke dasar samudera," ujar mantan Komanda Polisi Metropolitan, John O'Connor, kepada Sky News. "Seseorang telah menarik jubah penutup dan anda bisa melihat apa yang terjadi di bawah permukaan. Dengan Olimpiade kian dekat, ini bukan tanda yang baik bagi London.

Protes terhadap tewasnya Mark Duggan, pria blasteran kulit hitam, seorang ayah empat anat yang ditembak dalam pertikaian pada Kamis, awalnya berlangsung damai. Namun suasana berubah jadi jelek ketika sekitar 300 dan 500 orang berkumpul di sekitar kantor polisi Tottenham. Beberapa pemrotes kemudian membuat bom molotov dan melemparkan ke barisan polisi, sementara yang lain berkonfrontasi dengan petugas polisi dengan tongkat baseball dan balok serta berupaya menyerbu kantor polisi.

Dalam beberapa jam, polisi dalam seragam anti-huru hara dan sebagian polisi berkuda bentrok dengan ratusan perusuh, kebakaran menjalar tanpa kontrol dan penjarah menyisir area. Dalam video yang ditayangkan di harian situs online Guardian menunjuukkan penjarahan terus dilakukan di hari berikut dengan orang-orang bahkan antri mencuri dari sebuah toko setelah fajar.

Area lokasi huru-hara pada Ahad, di Tottenham, jalan-jalan dipenuhi dengan sampah batu bata dan kaleng-kaleng sampah terbalik. Dua helikopter polisi terbang rendah di atas bangunan terbakar ketika pendudun menginspeksi kerusakan dan petugas PMK berupaya memadamkan api terakhir. Tampat tukang kacan sibuk mengganti jendela pecah dar toko-toko yang dijarah.

Kontroversi Kematian Mark Duggan

Masih sedikit detail mengenai kematian Duggan yang dirilis ke publik, meski polisi mengatakan di awal bahwa seorang petugas polisi juga dirawat sebentar di rumah sakit setelah penembakan--mengisyaratkan bahwa ada baku tembak. Media melaporkan bahwa sebuah peluru yang ditemukan bersarang di radio polisi.

Komisi Independen Pengaduan Polisi, yang menginvestigasi penembakan Duggan, memberikan detail lebih pada pernyataan Ahad, menatakan bahwa sebuah senjata non-polisi ditemukan di TKP.

IPCC dalam pernyataan mengatakan menunggu hasil analisa forensi untuk memungkinan menarik kesimpulan pasti dan memastikan apa yang terjadi di sana dan apakah benar terjadi baku tembak. "Sementara itu kami akan meminta warga tetap tenang saat kami mencari jawaban di balik peristiwa ini."

Keluarga Duggan menolak kemungkinan bahwa ia telah menembak polisi. Kakak Duggan, Shaun Hall, mengatakan bahwa saudaranya tak mungkin pernah menyerang polisi. "Ini menggelikan," ujarnya kepada Sky News. Menaggapi kerusuhan ia mengecam peristiwa itu. 'Ini efek domino dan kami tak bisa menerima bentuk kekerasan," ujarnya.

Seorang anggota parlemen lokal, David Lammy berkata kepada warga di balik barisan polisi pada Ahad, mengatakan penembakan Duggan menumbulkan banyak keraguan, kecurigaan dan pertanyaan yang butuh dijawab. Namun ia mengingatkan menentang kekerasan baru dalam bentuk apa pun. "Jangan sampai ada penjarahan dan perampokan lagi," ujarnya. "Ini harus dihentikan."

Keraguan muncul seputar apakah Mark Duggan--yang kematiannya berada di tangan polisi telah memicu kerusuhan di Tottenham pada akhir pekan--benar telah terbunuh dalam insiden baku tembak.

Fakta yang diketahui Guardian, uji balistik awal terhadap peluru yang bersarang di rado polisi, dikenakan oleh polisi dalam insiden Kamis, menerangkan bahwa itu adalah peluru polisi, sehingga itu tak ditembakan oleh Duggan.

Sementara laporan awal dari IPPC, bahwa sesaat sebelum Duggan terbunuh ada baku tembak antara petugas bersenjata pistol C019, sebanyak dua kali dan Duggan meninggal di lokasi. Kesimpulan saat itu petugas diserang dari arah minicab yang mengangkut Duggan.

Sebagian besar asumsi ini datang dari fakta bahwa ada peluru polisi yang bersarang di radio yang sedang dikenakan polisi di TKP, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin ditembak dari arah minicab. Selain itu sebuah handgun bukan milik polisi juga ditemukan di TKP di mana  Duggan ditembak mati di Jaalan Ferry.

Pada perkembang terkini terungkap bahwa handgun ditemukan di kaus kaki, dengan demikian ia tak siap digunakan atau bahkan belum digunakan. Fakta itulah yang cenderung akan memicu kemarahan kembali bergejolak di jalan-jalan Tottenham dan di bagian London mana saja jika terbukti bahwa petugas polisi ternyata tidak diserang ketika mereka menembak Duggan.

Tottenham memiliki sejarah kerusuhan. Itu adalah lokasi huru-hara Broadwater Farm pada 1985, serangkaian bentrok yang mengarah pada penikaman terhadap seorang polisi. Insiden itu juga mengakibatkan hampir 60 orang terluka--menggarisbawahi ketegangan brutal antara polisi London dan komunitas kulit hitam di ibu kota. Hubungan telah diperbaiki, namun rasa tidak percaya masih tetap ada.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement