Senin 08 Aug 2011 16:32 WIB

Ideologi Dibalik Breivik (VII, Habis): Apakah Ia Berbeda dari Terorisme Muslim Ekstremis atau Anarkis?

Anders Breivik, tersenyum saat berada di dalam mobil polisi
Foto: Dailyrecord.co.uk
Anders Breivik, tersenyum saat berada di dalam mobil polisi

REPUBLIKA.CO.ID, Breivik menerapkan konsep yang dilahirkan ultra-kiri: 'propaganda niat' yang berasal dari gerakan anarkisme pada abad ke-19. Idenya, sangat esensial bagi individu untuk melakukan kekerasan demi memicu transformasi sosial. Itu adalah gagasan yang diusung oleh anarkis dan juga oleh Faksi Tentara Merah Jerman (RAF) pada 1970-an.

Namun teroris ultra-kiri membunuh korban mereka dalam operasi dengan target individu spesifik yang mewakili kebencian mereka. RAF juga memasukkan kemungkinan operasi itu akan merenggut korban lain tak berdosa, orang-orang yang dekat dengan target, seperti sopir dan polisi bisa tewas. Namun, pembantaian massal tanpa pandang bulu adalah antithesis dari ultra-kanan Barat.

Breivik menyebut ia menyukai film "The Baader Meinhof Complex' pda 2008, yang mengisahkn awal-awal pembentukan RAF. Namun ia tak menyebut detail apa yang menarik hatinya dan juga tak menyinggung strategi operasi yang dilakukan teroris ultra-kiri itu.

Alih-alih, kepala Layanan Kemanana Polisi Norwegia, Janne Kristiansen, menyebut Breivik adalah 'srigala tunggal' yang sejak awal berniat menghindar dari radar dengan hidup sebagai warga negara taat hukum.

Tentara Salib Tunggal.

Srigala tunggal atau werewolf adalah konsep yang berkisar di lingkaran ultra-kanan sejak hari akhir Perang Dunia II. Saat itu para Nazi yang menolak tunduk meingimpikan sel-sel gerilya yang akan memunculkan perlawanan akhir dari ras Arya.

Cara-cara Breivik juga mengingatkan 'Manifesto Unabomber' yang menjadi kerangka berpikir teroris anti-dunia industrialis Amerika, Ted Kacynzki. Ia mengirim paket-paket bom kepada guru besar universitas dan eksekutif korporat.

Ada pembantaian massal di masa lalu yang dilakukan oleh ekstremis sayap kanan. Salah satu yang ternama adalah pengeboman di stasiun kereta utama di Bologna pada 1980 yang menewaskan 85 orang, juga pengeboman Munich Oktoberfest pada 1980 yang membunuh 13 orang dan melukai ratusan orang.

Selain itu ada pula serangkaian serangan di London yang membunuh 3 orang pada 1999. Pembunuhan itu dilakukan oleh David Copeland, seseorang yang memiliki kebencian mendalam terhadap imigran dan gay.

Namun sejauh ini belum ada teroris yang terinspirasi dengan ideologi sayap-kanan yang menganggap dirinya 'tentara perang salib' dan membunuh atas nama "Kerajaan Kristen" dan "Peradaban Barat", hingga Breivik melancarkan aksinya.

Cerminan Mohammad Atta

Breivik, tak diragukan lagi adalah pria dengan rencana. Ia merencanakan pembunuhan terhadap kafir. Ia menyiapkan sembilan tahun lamanya berupaya menghindari perhatian--dan sukses. Ia juga tetap tak dicurigai hingga hari melakukan serangan.

Ia berniat mengirim pesan, atas nama Tuhan, di dunia ini, yang ia anggap mengalami kemerosotan. Tak hanya itu, ia paham juga ada kemungkinan 'baik' bahwa ia akan mati dalam proses. Dalam manifestonya, ia menulis mirip harapan dan kesaksian terakhir, yang ia sebut berulang kali bahwa ia menganggap dirinya 'martir'.

Ia ingin menerapkan aturan ketat di dunia di mana wanita adalah subordinat, anak dapat disiplinkan dengan tindakan keras dan Tuhan dan Manusia telah mengeluarkan dekrit bahwa prialah yang seharusnya memimpin.

Semua tadi adalah refleksi Kristen, yang juga identik dan diyakini ekstremis Muslim, nilai yang diusung Breivik. Pria Norwegia ini memiliki sedikit kesamaan dengan Mohammad Atta, pria yang menabrakkan pesawat ke Menara Utara, WTC New York, dalam serangan 11 September 2011.

Seorang Atta dari Barat, begitu, Spiegel Online menulis. Sebutan itu, menurut Spiegel, mengacu pada apa yang terjasi di Norwegia adalah cerminan kejadian di New York pada 11 September, 10 tahun lalu.

Memang, bisa jadi Atta membunuh jauh lebih banyak orang dari Breivik, dan melakukan kerusakan lebih parah. Namun kedua serangan itu sama-sama mengerikan dan mutlak tak terduga, dan keduanya mewakili titik balik pengalaman bagi dunia.

Moralitas telah kehilangan arti.

Ini adalah peristiwa 9/11 Norwegia, begitu tulis para komentator dalam media-media online. Bedanya insiden kali ini dilakukan oleh seorang Norwegia berambut pirang. Dalam cara paling absurd, ia mengadopsi metode dan retorika kebencian yang diusung teroris Muslim, untuk melancarkan perang pribadinya, hampir 10 tahun setelah serangan 9/11, di saat banyak pengamat Amerika meyakini bahwa jaringan teror Alqaidah telah menurun.

"Dalam banyak hal, moralitas telah kehilangan arti dalam perjuangan," tulisnya dalam manifestonya. Breivik juga menyatakan mereka yang tak bersedia menjadikan dirinya martir dalam gerakna ini tak cocok untuk menjadi Knight Templar.

Ia juga mengklaim telah menjauhkan diri dari wanita dan banyak kesenangan dunia demi mencurahkan diri mewujudkan rencananya. Seperti juga Atta yang membuat harapan dan kesaksian terakhir dan meninggalkan rekaman video, Breivik juga melakukan itu dengan harapan orang lain akan mengikuti jejaknya, keluar dari kerumunan dan mengungkap niat besar tersembunyi kepada dunia.

Ia berkata bahwa ia sedang berperang. Itu adalah perang para martir yang segera akan menyusun "Kerajaan Surga" ujarnya. Gagasan itu sangat terdengar seperti 'perang suci' para jihadis. Ini mengingatkan bentrok peradaban, sebuah perjuangan melawan kemapanan politik, dan memiliki kemiripan dengan deklarasi perang terhadap Amerika yang dilakukan Osama bin Laden pada 1998, perlawanan terhadap Barat, yang dipandang teroris Muslim sebagai ancaman.

"Ini adalah aksi terkini yang didorong kebencian agama, diusung atas nama kemurnia budaya," tulis direktur eksekutif Pusat Hukum dan Keamanan di New York University, Karen Greenberg. Ia melihat itu sebagai sinyal penerimaan terhadap undangan Osama bin Laden untuk kembali meletuskan perang suci abad pertengahan antara Islam dan Kristen di Barat.

Beraksi Sebagai Tuhan.

Rencana yang detail selama bertahun-tahun, dilandasi dengan pandangan yang kebal terhadap kritik, mengacu pada tatanan tertinggi berdasarkan hubungan darah, itu adalah elemen-elemen yang tak dipungkiri dimiliki Alqaidah dan Breivik. Jika ini adalah kegilaan, maka itu adalah kegilaan dengan dosis metode tepat dibaliknya.

Kemiripan lain juga tekad untuk meninggalkan kehidupan normal, semua demi melaksanakan misi. Satu orang belajar terbang sehingga ia bisa menggunakan untuk menerbangkan pesawat sebagai bom. Sementara satu lagi menyewa pertanian sehingga ia bisa membeli pupuk, yang kemudian bisa ia gunakan sebagai bom.

Ia, tulis Karen, adalah seorang narsis yang tidak menyerahkan dirinya kepada Tuhan, tak seperti yang dilakukan Atta. Alih-alih ia menyeru kepada Tuhan. "Tuhan akan meminyakimu dengan kekuatan untuk pergi ke medan perang," tulisnya sebagai saran terhadap sesama teman anggota Knight.

Breivik, imbuh Karen, teracuni oleh kenikmatan kekuatan. Ia menciptakan kombinasi dua hal, menggabungkan kekuatan dan bom dengan detonator di mana ia menjadi penembak presisi berdarah dingin yang membunuh orang secara individu secara langsung.

Breivik dianggap telah beraksi sebagai Tuhan, memutuskan siapa yang akan mati atau hidup. Ia membidik beberapa korban di Pulau Utoya, tapi membiarkan mereka tetap hidup. Mungkin, itu memberikan ia kepuasan lebih.

Bahkan ia telah mendesain desain nisan Knight Templar dengan tulisan berbau ultra-kanan. "Dilahirkan di perbudakan Marxis pada XX.XX.19XX. Mati sebagai Martir. Dalam nisan dia juga menginginkan sebuah baris, "Semua Rakyat Eropa yang Bebas Berhutang Abadi Padamu".

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement