REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Merasa area mereka terancam aksi para penjarah, saat kerusuhan melanda Brimingham, tiga Pemuda Muslim menjaga rumah-rumah dan properti mereka. Ketika itu pulalah nyawa mereka melayang.
"Mengapa, mengapa?" ujar Tariq Jahan, yang masih syok setelah kematian putranya, Harun, 21 tahun. "Saya tidak mengerti. Kami disini bertahan dan melindungi komunitas dari masalah yang terjadi di negara ini."
Saat itu Harun berdiri di samping Shahzad Ali, 30 tahun, dan Abdul Musavir, 31 tahun. Mereka menjaga sebuah SPBU milik warga di kota itu dari penjarahan dan pembakaran.
Tiba-tiba trio pemuda itu dihantam oleh mobil yang melaju kencang. Mereka sempat dibawa ke rumah sakit, namun meninggal karena cedera terlalu parah. Seorang pria berusia 30 tahun ditahan dan mobil tersebut disita.
"Polisi West Midlands telah melakukan tuduhan pembunuhan dan menahan seorang pria. Sementara mobil yang dipakai dalam insiden akan diperiksa oleh pakar forensik," ujar juru bicara kepolisian.
Kerusuhan menjalar di kota-kota Inggris mulai Sabtu. Sejak itu, geng para penjarah tela meneror para warga dan pemilik toko.
Ketiga pria berdarah Pakistan itu melakukan penjagaan setelah menyaksikan segerombolan penjarah menyerbu ke sebuah SPBU dan klub sosial lalu memukuli tetangga mereka, demikian Jahan menuturkan. "Ia hanya mencoba membantu komunitas ini," ujarnya.
Sang ayah awalnya tidak mengenali putranya ketika ia mendengar insiden penabrakan tersebut. "Saya mendengar suara benturan keras dan berlari lalu melihat tiga pemuda berbaring di tanah," tuturnya.
"Insting saya adalah untuk membantu mereka. Saya tak tahu siapa mereka, siapa yang cedera. Saya membantu orang terdekat, lalu seseorang di belakang saya berkata, ada anak saya tergeletak di belakang," tutur Jahan.
"Saya muali memberi pertolongan pertama pada putra saya, wajah saya terkena darahnya, tangan saya pun penuh oleh darahnya."
Harun, menurut dia, adalah pemuda yang dikenal dan disukai di komunitas. "Anda kehilangan putra, saya tak bisa menggambarkan bagaimana rasanya bila kehilangan anak," ujar Jahan mencoba kuat menahan tangis.
Ketegangan
Di Birmingham, sekitar 200 warga berkumpul dan membawa lilin untuk memberi penghormatan kepada tiga pemuda Muslim yang terbunuh tadi.
"Kulit hitam, Asia, kulit putih. Kita semua hidup di komunitas yang sama. Mengpa kita harus membunuh satu sama lain," serunya seperti dikutip CNN seraya mendesak warga untuk tetap tenang.
"Apa yang memulai kerusuhan ini, apa yang membuatnya kian memuncak? Mengapa kit melakukan ini,?"
Perdana Menteri David Cameron mengatakan pembunuhan tersebut 'benar-benar insiden mengerikan'. Ia juga menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga ketiga korban.
Perdana menteri mengatakan 'upaya perlawanan' melawan kerusuhan sedang dijalankan. Ia menekankan setiap aksi akan diambil untuk memulihkan ketertiban kembali.
Cameron diharapkan mengeluarkan kerangak kebijakan untuk menghadapi kekacauan setelah lima hari kekerasan berturut-turut terjadi di negara itu. Pencegahan lebih banyak karena kebetulan polisi menang jumlah di kawsasan itu atau disebabkan oleh hujan di beberapa area.
Anggota parlemen cemas para perusuh akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengaduk ketegangan rasial di kota-kota.
"Yang tidak kita inginkan adalah ada elemen yang menunggangi situasi ini dan membuatnya menjadi insiden lain yang lebih serius," ujar anggota parlemen dari Birmingham, Shabana Mahmood.
Jahan pun mencoba melakukan yang ia bisa untuk mencegah itu. "Kalian yang tak memiliki apa pun untuk dikerjakan lebih baik pulang saja," serunnya Ayah yang masih berduka kepada sekelompok pemuda Pakistan yang marah.
"Maju saja kalau kalian ingin kehilangan nyawa atau menjadi ayah, anak yang kehilangan keluarga," ujarnya. "Bila tidak, saya mohon tenang dan pulanglah."