Jumat 12 Aug 2011 19:38 WIB

Gawat! Pemakaian Formalin pada Makanan Justru Meningkat di Bulan Ramadhan

Rep: Asep Nurzaman/ Red: cr01
Tahu kini banyak mengandung formalin (ilustrasi)
Foto: tutor.blogspot.com
Tahu kini banyak mengandung formalin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN – Meningkatnya konsumsi makanan di bulan Ramadhan ini dihadapakan pada kenyataan yang memprihatinkan. Salah satunya, hasil operasi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menemukan pemakaian formalin pada makanan kini meningkat.

Tim operasi yang bergerak ke sejumlah pasar tradisional sejak awal Ramadhan ini menemukan adanya peningkatan penggunaan formalin dari tahun sebelumnya, seperti pada tahu dan mie.

"Dari tahun ke tahun, khususnya saat Ramadhan, tim kami selalu menemukan bahan berbahaya tersebut digunakan dalam pembuatan makanan, terutama tahu. Pedagang yang kedapatan menjualnya langsung diberi peringatan dan selanjutnya dilakukan pengawasan," kata Kepala Dinas Kesehatan Klaten, Ronny Roekmito, di Klaten, Jumat (12/8).

Menurut dia, merebaknya makanan berformalin saat bulan puasa dipicu oleh konsumsi masyarakat yang meningkat, sementara makanan itu membutuhkan keawetan lebih lama karena hanya dikonsumsi pada malam hari setelah berbuka puasa.

Tuntutan inilah yang mendorong produsen makanan untuk membuat produk yang tahan lama. Sehingga mereka melakukan berbagai cara termasuk menambah bahan berbahaya ke dalam makanan yang dijualnya.

Atas temuan yang telah didapat selama beberapa kali operasi ini, Dinkes kini meningkatkan pengawasan terhadap makanan yang beredar di masyarakat. Tak hanya di pasar tradisional, pengawasan makanan juga direncanakan akan dilakukan pada tempat-tempat yang menjual makanan takjil untuk berbuka puasa.

Ronny mengakui bahwa untuk mengawasi seluruh makanan yang dijual di Klaten tak mudah. Sehingga ia meminta peran aktif masyarakat dalam mencegah beredarnya makanan yang mengandung zat berbahaya itu.

"Jika menemukan hal yang ganjil pada makanan yang dibeli, masyarakat bisa langsung melaporkannya kepada kami. Tak hanya untuk makanan berformalin, tetapi juga makanan lain misalnya yang telah lewat masa kedaluwarsa atau tak layak konsumsi seperti daging ayam bangkai," kata Ronny.

Khusus untuk makanan berformalin, kata dia, petunjuk yang bisa didapat untuk membedakan dengan makanan tak berformalin adalah teksturnya terlampau keras namun tidak padat. Selain itu, tahu berformalin juga tak rusak jika disimpan selama tiga hari pada suhu kamar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement