REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gullian Barre Syndrome (GBS) ternyata tak hanya dialami si kembar Azka dan Shafa (4 Tahun) yang belakangan mencuri perhatian publik melalui pengumpulan koin Rp 1.000. Tissa Trinovia, 17 tahun, juga harus tergolek lemah di ruang ICU akibat GBS.
Hampir dua bulan ini, gadis yang sebelumnya dikenal sebagai atlet basket dan softball SMAN I Tangerang ini hidup dengan sokongan alat-alat medis di RS Dharmais, Jakarta. GBS tak hanya melumpuhkan kemampuan geraknya, tapi juga kemampuan bicara hingga saluran pernafasannya. Hanya matanya saja yang masih bisa 'bicara'.
Tak ada yang menyangka, bila bungsu pasangan teguh dan Endah yang awalnya ceria, aktif, dan gesit ini akan tumbang tak berdaya akibat GBS. Tissa yang aktivis OSIS di sekolahnya ini bahkan jarang akit sebelumnya.
Semua dengan cepat menjadi mimpi buruk ketika pada tanggal 16 Juni Tissa mengeluhkan badannya lelah dan kakinya kesemutan. Selain itu, ia mengeluh badannya susah digerakkan. Ia meminta Tussi, kakaknya, mengantarkannya ke dokter. "Saya heran. Tiga hari sebelumnya, saya dan dia sempat berolahraga di Senayan," kata Tussi.
Karena kondisinya terus melemah, keluarga melarikan Tissa ke RS Mayapada. Saat itu, ia divonis kekurangan kalium. Obat-obatan diberikan. Bukannya membaik, kondisi Tissa makin memburuk. Ia kemudian dirujuk ke RS Dharmais.
Di rumah sakit ini, ia dirawat di ruang ICU. Saat itu, kondisi kesehatannya terus menurun dan sempat mengalami koma selama 10 hari, sebelum dokter menvonisnya terserang GBS.
"Kami bingung," kata Teguh, sang ayah. Tak hanya memikirkan kesehatan buah hatinya, pensiunan pegawai Angkasa Pura II ini juga harus menanggung biaya yang tak sedikit. Dengan uang pensiunan Rp 1,4 juta perbulan, ia harus menanggung biaya rumah sakit sampai hari ini sebesar Rp 350 juta.
"Rp 170 juta sudah terbayar, sisanya kami berhutang pada rumah sakit," katanya. Yang membuat Teguh kain hancur hatinya, hingga saat ini tak kunjung jelas kapan anaknya bisa sembuh.