Kamis 18 Aug 2011 07:12 WIB

Perpanjangan Kehadiran AS di Irak Akan Picu Perang

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang ulama fanatik Syiah Irak anti-Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan singkat Rabu, memperingatkan tentang peluang terjadinya "perang" jika pasukan AS tinggal di Irak melampaui batas waktu akhir tahun, yang mereka tetapkan untuk penarikan diri.

Moqtada as-Sadr tidak memberikan perincian lebih lanjut dalam jawaban tertulis bagi pertanyaan seorang pengikutnya yang dirilis oleh kantornya di kota Syiah, Najaf.

Ketika ditanya apakah ia akan bernegosiasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan pasukan Amerika Serikat mengenai misi pelatihan keamanan yang melampaui akhir tahun ini, ulama itu menjawab dengan sederhana, "Tidak. Akan ada perang."

Pernyataan itu setidaknya pesan keempat dalam dua pekan terakhir dari as-Sadr, yang menyerukan pasukan Amerika Serikat untuk meninggalkan negara itu, setelah pengumuman 3 Agustus oleh pemimpin politik Irak bahwa mereka akan melakukan pembicaraan dengan Washington selama misi pelatihan.

Pada 6 Agustus, ia memperingatkan bahwa pasca-2011 kehadiran Amerika Serikat secara militer harus ditolak.

Sekitar 47.000 tentara Amerika Serikat yang masih ditempatkan di Irak semuanya harus meninggalkan Irak pada akhir tahun berdasarkan ketentuan dari sebuah perjanjian keamanan bilateral 2008 antara kedua negara, yang akan tetap berlaku jika kesepakatan pelatihan tidak disetujui.

Pejabat militer Amerika Serikat dan Irak menilai pasukan keamanan Irak mampu menjaga keamanan internal, tetapi mengatakan negara itu kurang dalam hal kapasitas untuk membela perbatasan, wilayah udara dan perairan teritorial.

Gerakan as-Sadr memiliki 40 wakil di parlemen dan lima menteri di pemerintah persatuan nasional Perdana Menteri Nuri al-Maliki.

Dan sebelum dibubarkan pada tahun 2008, tentara Mahdi as-Sadr berjumlah sekitar 60.000 pejuang dengan loyalitas tinggi untuk ulama tersebut. Mereka berjuang dalam pertempuran berdarah melawan tentara Amerika Serikat pada tahun-tahun setelah invasi 2003 --yang menggulingkan Saddam Hussein.

Pada tanggal 10 Juli, as-Sadr mengatakan ia tidak akan menghidupkan kembali Tentara Mahdi, dan mengeluh bahwa pasukannya itu telah dipenuhi "kriminal".

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement