Jumat 19 Aug 2011 14:43 WIB

Nazaruddin Ibarat Kerbau Kecil yang Siap Diterkam Kawanan Harimau

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Siwi Tri Puji B
Nazaruddin di Gedung KPK.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Nazaruddin di Gedung KPK.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – "Nazaruddin ini diibaratkan kerbau kecil, yang ingin diterkam kawanan harimau singa," kata ekonom Faisal basri, sesaat sebelum memasuki gedung KPK, Jakarta, Jumat (19/8). Ia datang bersama beberapa tokoh nasional untuk mengingatkan KPK terkait kasus Nazaruddin.

Pada masa pelariannya dari kejaran KPK, Nazarudian melantunkan "nyanyian" yang menyebutkan sejumlah nama - nama elit partai penguasa yang diduga terlibat dalam sejumlah perkara korupsi. Namun anehnya, ketika dia ditangkap mendadak 'nyanyian' tersebut berhenti dilantunkannya, timbul pertanyaan ada apa dibalik bungkamnya suami Neneng Sri Wahyuni tersebut.

Menurut  Faisal,  bungkamnya Nazaruddin lantaran dirinya mendapatkan tekanan dari sejumlah pihak yang berkuasa, agar dirinya tak melantunkan 'nyanyian' tersebut. Ia menduga ada kesepakatan-kesepakatan tertentu yang dilakukan oleh sejumlah pihak. "Pasti ada deal - deal yang membuat dia bungkam seribu bahasa," katanya.

Namun sayangnya, dia enggan berkomentar mengenai siapa pihak yang melakukan deal - deal tersebut.

Sejumlah tokoh nasional , Jumat (19/8), mendatangi Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka datang untuk mengingatkan KPK terhadap ancaman serangan balik dari koruptor.

Mereka yang datang direncanakan datang itu adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Bawasdean, Ikrar Nusa Bakti, Faisal Basri, Saldi Isra, Teten Masduki, Mas Achmad Santosa, Komaruddin Hidayat, dan Erry Riana. Hingga pukul 14.00 WIB, baru beberapa orang yang datang yaitu Faisal Basri, Todung Mulyas Lubis, Ikrar Nusa Bakti, dan Teten Masduki.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement