REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – "Nazaruddin ini diibaratkan kerbau kecil, yang ingin diterkam kawanan harimau singa," kata ekonom Faisal basri, sesaat sebelum memasuki gedung KPK, Jakarta, Jumat (19/8). Ia datang bersama beberapa tokoh nasional untuk mengingatkan KPK terkait kasus Nazaruddin.
Pada masa pelariannya dari kejaran KPK, Nazarudian melantunkan "nyanyian" yang menyebutkan sejumlah nama - nama elit partai penguasa yang diduga terlibat dalam sejumlah perkara korupsi. Namun anehnya, ketika dia ditangkap mendadak 'nyanyian' tersebut berhenti dilantunkannya, timbul pertanyaan ada apa dibalik bungkamnya suami Neneng Sri Wahyuni tersebut.
Menurut Faisal, bungkamnya Nazaruddin lantaran dirinya mendapatkan tekanan dari sejumlah pihak yang berkuasa, agar dirinya tak melantunkan 'nyanyian' tersebut. Ia menduga ada kesepakatan-kesepakatan tertentu yang dilakukan oleh sejumlah pihak. "Pasti ada deal - deal yang membuat dia bungkam seribu bahasa," katanya.
Namun sayangnya, dia enggan berkomentar mengenai siapa pihak yang melakukan deal - deal tersebut.
Sejumlah tokoh nasional , Jumat (19/8), mendatangi Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka datang untuk mengingatkan KPK terhadap ancaman serangan balik dari koruptor.
Mereka yang datang direncanakan datang itu adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Bawasdean, Ikrar Nusa Bakti, Faisal Basri, Saldi Isra, Teten Masduki, Mas Achmad Santosa, Komaruddin Hidayat, dan Erry Riana. Hingga pukul 14.00 WIB, baru beberapa orang yang datang yaitu Faisal Basri, Todung Mulyas Lubis, Ikrar Nusa Bakti, dan Teten Masduki.