REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Mantan Bupati Tasikmalaya, Tatang Farhanul Hakim, menuturkan salah satu alasan dirinya pindah dari Partai Persatuan Pembangunan ke Partai Amanat Nasional karena merasa diadu domba oleh beberapa petinggi PPP.
"Saya membangun PPP sudah belasan tahun yakni hingga dua kali menjabat sebagai Bupati. Ketika saya hendak memimpin partai ini saya seperti diadu dengan kader dan teman sendiri. Setelah itu saya mengundurkan diri dan ternyata tidak ada yang mempertahankan saya," kata Tatang Farhanul usai berdiskusi dengan Komite Independen Pelaksanaan Program Pembangunan (KIP4) di Jalan Cisangkut Kota Bandung, Jumat.
Tatang mengatakan, saat dirinya berada di lingkungan Partai Amanat Nasional ia merasa tersanjung dan lebih dihormati.
Menurutnya, usai bertemu dengan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, saat ini ia menjabat sebagai satu Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional.
Dikatakannya, sebelum kepindahannya ke Partai Amanat Nasional, ia sempat menjajaki Partai Gerakan Indonesia Raya selama lima bulan.
Selanjutnya, ia keluar dari Partai Gerindara dan melakukan istikharah untuk menentukan partai mana yang akan ia pilih.
"Ketika saya keluar dari Partai Persatuan Pembangunan, saya melakukan istikharah. Saya melakukan pembicaraan dengan Hatta Rajasa dan beliau berkomunikasi dengan pak Edi Darnadi. Pa Hatta bertanya kepada Pak Edi cocoknya saya ini disimpan dimana. Begitu akrabnya komunikasi tersebut sehingga saya memantapkan diri untuk mengabdi di Partai Amanat Nasional," ujarnya.
Ia menambahkan, pascakepindahkan dirinya ke PAN juga diikuti oleh beberapa kader PPP yang loyal, baik pengurus di tingkat kabupaten maupun pengurus yang berada di tingkat provinsi seperti yang dilakukan Wakil Sekretaris DPW PPP yang juga pindah ke PAN.
"Itu hanya simbol organisasi. Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya yang kenal saya sudah pasti saya giring untuk mendukung Partai Amanat Nasional," ujar Tatang.