Senin 22 Aug 2011 15:14 WIB

Pemberontak Libya Masuk Tripoli, Harga Minyak Mentah Turun

REPUBLIKA.CO.ID,SINGAPURA--Minyak mentah jatuh di perdagangan Asia pada Senin, karena pasukan pemberontak Libya berhasil merebut sebagian ibukota negara itu dan nasib pemimpin Moamar Qaddafi tak menentu. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober jatuh 2,37 dolar AS menjadi 106,25 dolar AS per barel dari penutupan Jumat.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman September turun 25 sen menjadi 82,01 dolar AS per barel setelah naik ke atas 83 dolar AS di awal perdagangan pagi, sebagian didorong oleh kekhawatiran tentang permintaan minyak AS."Ini benar-benar berita peristiwa utama," Victor Shum, analis konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura, mengatakan tentang situasi di Libya.

"Pemberontak telah memasuki Tripoli ... ada juga laporan Qaddafi akan keluar negeri," kata Shum kepada AFP. Libya, sebuah negara pengekspor minyak mentah utama yang memproduksi sekitar 1,49 juta barel per hari sebelum pemberontakan pecah pada pertengahan Februari, telah memperlihatkan produksinya terpangkas secara signifikan sejak pemberontakan dimulai. Sekitar 85 persen dari produksi minyak Libya diekspor ke Eropa sampai pemberontakan menghambat produksi negara itu.

Minyak mentah Brent berada di bawah tekanan jual karena sebuah resolusi krisis di Libya, yang mungkin akan melihat negera itu secara bertahap melanjutkan produksi minyak skala penuh, akan berarti lebih banyak pasokan ke pasar Eropa, kata para analis. Pemberontak Libya memasuki Tripoli pada Minggu dalam sebuah perjalanan akhir untuk menyingkirkan Qaddafi karena mereka merebut sejumlah bagian ibukota, termasuk Lapangan Hijau simbolis, dan menangkap orang kuat anak Qadadfi, Seif al-Islam.

Namun, tokoh senior pemberontak Mahmud Jibril mengatakan masih ada kantong-kantong perlawanan di dan sekitar Tripoli dan memperingatkan pasukannya untuk berhati-hati. "Perarungan belum berakhir," katanya di televisi pemberontak Al-Ahrar. "Insya Allah dalam beberapa jam kemenangan kita akan lengkap."

Sementara itu, Presiden AS Barack Obama Minggu mengatakan rezim Qaddafi telah mencapai "titik kritis" dan orang kuat Libya harus pergi sekarang untuk menghindari berlanjutnya lanjut pertumpahan darah. Terlepas dari situasi di Libya, minyak mentah New York menghapus keuntungan sebelumnya karena pedagang khawatir bahwa permintaan AS akan terpukul setelah data rilis baru-baru ini menunjukkan ekonomi terbesar dunia itu sedang melambat, kata analis.

Phillip Futures mengatakan dalam sebuah komentar bahwa minyak mentah AS "di bawah tekanan karena ekonomi AS yang buruk dan kekhawatiran atas utang Eropa." AS adalah negara konsumen minyak terbesar di dunia.

sumber : antara/AFP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement