REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Latin dan Muslim, dua kata yang memicu sentimen dalam masyarakat Amerika. Kondisi kian serius apabila keduanya digabungkan. Mereka akan menghadapi pengucilan agama dan etnis.
Alvarado misalnya, ia dibesarkan dalam keluarga katolik Dominikan. Memasuki masa kuliah, ia berkenalan dengan Islam, dan akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. "Ayahku termasuk pihak yang tidak menyukai putusan saya," kata dia seperti dikutip Theventure.com, Rabu (24/8).
Efek dari putusannya itu, Alvarado harus keluar dari rumahnya. Ia pergi saat berusia 18 tahun. Baginya, saat itu merupakan kondisi paling sulit dalam hidupnya. "Dia bilang, Te El Cerebro Lavaron (kau dicuci otak)," katanya menirukan ucapan sang Ayah.
Alvarado mengaku cukup kesulitan dalam menjalani aktivitasnya sebagai seorang Muslim. Apalagi, agama yang ia peluk merupakan agama minoritas yang dipeluk kaum hispanik. Sudah memeluk agama minoritas, ia juga termasuk golongan minoritas. "Kadang-kadang kesepian karena itu. Anda seperti asing di dunia anda sendiri," katanya.
Perbedaan yang ia rasakan begitu terasa, saat Natal tiba. "Ketika saya di masjid. Saya tidak tahu harus berbicara bahasa apa. Saya tidak bisa bahasa Arab atau Turki," Alvarado yang juga kesulitan untuk berbaur dengan saudaranya yang Muslim.
Alvarado, merupakan anggota komunitas Muslim latin yang tengah tumbuh. Pada 2007 silam, Dewan Muslim Amerika memperkirakan ada sekitar 200.000 Muslim Latin. Namun, angka itu kurang akurat mengingat Biro Sensus Amerika Serikat tidak mengumpulkan informasi keagamaan.
Perempuan
Dibanding pria, jumlah Muslimah latin terbilang banyak. Sebab, Muslimah latin percaya Islam mengangkat harkat mereka sebagai perempuan. Sebuah harkat yang sulit mereka raih lantaran berposisi sebagai minoritas.
Fizah B. Naqvi misalnya, ia seorang Muslimah latin yang ibunya lebih dahulu memeluk Islam. Semenjak Fizah menjadi Muslim, ia mengaku mendapatkan kedamaian batin. "Islam memberikan stabilitas dalam hidup mereka," katanya.
Kehadiran Muslim latin memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan komunitas Muslim AS. Menurut Forum Pew Research Center on Religion & Public Life, mengatakan jumlah Muslim AS diproyeksikan meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir yakni 6,2 juta pada 2030 mendatang.
Mereka juga menyebutkan agama yang paling cepat berkembang di dunia adalah Islam, dengan perkiraan populasi Muslim mencapai 35 persen dalam 20 tahun mendatang, atau menjadi 2,2 miliar pada tahun 2030.
Berubah
Alvarado berkeyakinan, ia dan saudaranya seiman tidak akan lagi dipandang aneh. "Banyak orang ingin berbicara dengan kami. Lalu mereka bertanya, mengapa kita ingin menjadi Muslim. Ini seperti kontes popularitas aneh," katanya.
Mereka pikir, ungkanya, setelah menjadi Muslim, secara otomatis akan berubah. Alvarado percaya latin dan Islam dapat menyatu tanpa menghilangkan satu sama lain. "Aku seorang hispanik dan Muslim. Setiap orang mungkin menolak siapa saya. Tapi saya hanya menolak apa yang terlihat tidak benar," pungkasnya.