REPUBLIKA.CO.ID, Tubuh kecil remaja itu gemetar, memaksakan diri untuk tetap sadar. Kepalanya terkulai, kadang ke samping kadang tertekuk ke dada.
"Angkat kepalamu! Angkat!!" teriak salah satu aparat Israel yang menginterograsinya.
"Plaakkk!" telapak tangan aparat mendarat di pipi remaja itu. Tapi ia tak meringis kesakitan. Dia sudah tak bisa meringis lagi karena dipaksa harus sadar dalam 12 jam terakhir, ketika ia diangkut paksa dari rumahnya.
"Tolong... Lepaskan saya..." kata si remaja dengan nada memohon. Suaranya bergetar. "Tolong.. saya ingin tidur," kata dia lagi.
Kejadian ini terekam dalam video berdurasi enam jam. Islam Tamimi (14 tahun) tampak 'habis' dan ketakutan. Dia sudah luluh di tangan aparat Israel yang mengiterograsinya. Hingga pada satu titik Tamimi mengingau berbicara apa saja yang ingin aparat itu dengar.
Video sadis ini didapat salah satu wartawan The Independent, Inggris, menggambarkan bagaimana biadabnya cara-cara Israel menyiksa warga Palestina. Tamimi tidak sendiri. Sudah ratusan remaja hingga dewasa Palestina yang menderita hal serupa.
Aparat Israel berdalih, video yang ditayangkan itu adalah rekaman lama. Dua tahun terakhir sudah ada perbaikan metode intrograsi bagi remaja.
"Tapi masalahnya muncul jauh sebelum si anak dibawa ke pengadilan. Masalahnya muncul ketika si anak ditangkap," kata Naomi Lalo, aktivis No Legal Frotiers, kelompok Israel yang mengawasi praktik pengadilan. "Dan dalam masa interograsi itulah nasib si anak sudah tamat," kata dia lagi.
Kisah lain datang dari Sameer Shilu (12). Ia sedang asyik terbuai mimpi ketika serdadu Israel menggedor rumahnya dan mengambil dia dan kakaknya.
Ayah Sameer, Saher, ingat mimik wajah serdadu Israel itu saat mengambil Samir. Ia tampak terkejut melihat yang akan ia bawa adalah remaja tanggung. "Lho! Kok dia dibawa? Dia masih kecil. Mau diapakan?" kata Saher.
"Saya tak tahu, saya hanya mengikuti perintah," sahut si serdadu Israel.
Samir diseret dalam kondis tak berdaya. Tangannya diikat dan matanya ditutup kain. Ia dinaikkan ke atas jip. "Kami semua menangis saat Sameer dibawa, saya tahu Sameer, dia tak melempar batu ke Israel," kata Saheer.
Sesampainya di lokasi interograsi, Samir tak dibiarkan tidur. Dia diinterograsi tanpa orang tua maupun pengacara. Seseorang menuduh Sameer ikut serta dalam demonstrasi melawan Israel dan melempar batu ke arah Israel. Dia menunjukkan sebuah foto dan mengklaim itu adalah Sameer.
"Dia bilang, 'Itu kamu', tapi saya bilang 'Bukan saya!', lalu dia tanya 'Kalau begitu siapa?', saya jawab 'Saya tidak tahu'," kata Sameer.
"Lalu pada satu ketika, orang itu mulai berteriak sambil menarik kerah baju saya dan berkata, 'Saya lempar kamu ke luar jendela, saya hajar kamu dengan tongkat kalau tidak ngaku!',' kata Sameer lagi.
Sameer beruntung. Beberapa jam setelah penangkapannya ia dibebaskan. Tapi ada remaja lain yang nasibnya lebih buruk. Mereka terus disiksa, mendapat ancaman fisik, keluarganya akan dicelakakan, hingga ke masalah izin kerja.