REPUBLIKA.CO.ID, BREBES-- Memasuki H-2 Lebaran, Minggu, iring-iringan pemudik mengendarai bajaj melintas di jalur utama pantai utara (pantura) Jawa Tengah, menuju beberapa kota antara lain Kabupaten Tegal dan Pemalang Jawa Tengah.
Meskipun laju kendaraan roda tiga khas angkutan Jakarta tersebut terlihat lambat dibanding sepeda motor atau angkutan lainnya, namun para pemudik terlihat santai dan nyaman di atas bajaj menuju kampung halaman.
Tardi (41), salah seorang pemudik bajaj di Tegal, Minggu, mengaku sengaja pulang ke kampung halamannya di Desa Cibiyuk, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah menggunakan bajaj karena lebih hemat dan praktis.
"Kalau mudik menggunakan bajaj hanya menghabiskan biaya sekitar Rp150.000 untuk membeli bahan bakar, sedangkan bila naik bus akan menghabisklan ongkos lebih dari Rp300.000 untuk sekeluarga," katanya.
Selain lebih hemat, katanya, mudik menggunakan bajaj juga dapat membawa serta istri, anak, serta sejumlah barang bawaan di atas kendaraan, sedangkan jika naik bus atau kendaraan umum lainnya pasti akan repot.
Bapak tiga anak yang telah 20 tahun bekerja sebagai pengemudi bajaj di Jakarta tersebut mengatakan, berangkat bersama tujuh temannya sesama sopir bajaj dari tempat tinggalnya di Tanjung Duren, Jakarta pada Jumat sekitar pukul 21.00 WIB.
"Kalau berangkat dari Jakarta pada malam hari, biasanya sampai kota tujuan menjelang malam atau sekitar pukul 18.00 WIB," katanya. Menurut Tardi, karena tidak memiliki sepeda motor atau kendaraan pribadi lainnya maka setiap pulang kampung selalu menggunakan bajaj, karena selain sebagai kendaraan mudik, angkutan tersebut juga akan digunakan berkeliling kampung untuk silaturahmi ke tempat sanak saudara.
Sekitar delapan pemudik menggunakan bajaj tersebut pulang bersama karena berasal dari kampung yang sama, antara lain Desa Cibiyuk, Pesucen Kecamatan Comal, Widodaren, Sirangkang, dan Jatirejo Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang.