REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Suyono, mengatakan para tokoh ormas Islam perlu meningkatkan sinergi dalam menetapkan 1 Syawal atau Idul Fitri 1342 Hijriyah.
"Seharusnya pemerintah pusat bersama dengan Muhammadiyah dan ormas Islam lainnnya bersinergi menetapkan 1 Syawal untuk menghindari perbedaan yang tentunya berdampak terhadap kualitas hari raya itu sendiri," ujarnya usai mengikuti shalat Ied berjamaah di Sungailiat, Bangka, Selasa (30/8).
Ia menjelaskan, untuk mendapatkan hasil yang sama dalam menentukan 1 Syawal, perlu melibatkan ahli astronomi untuk mengamati hilal, tidak memiliki gangguan penglihatan dan tidak dilakukan pada cuaca mendung atau hujan karena hilal tidak akan terlihat.
"Apabila semua persyaratan tersebut terpenuhi, maka Insya Allah tidak akan ada perbedaan dalam penetapan 1 Syawal. Meskipun ada perbedaan namun hanya pada hasil pembacaan saja dan waktunya tetap sama," ujarnya.
Selain itu, kata dia, untuk mengetahui perkembangan masyarakat di setiap daerah, maka pemerintah dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat yang telah menyatakan 1 Syawal jatuh pada (30/8) karena dengan cara ini semua permasalahan dapat segera teratasi.
Suyono mengatakan, munculnya perbedaan waktu perayaan Idul Fitri di Indonesia karena pemerintah pusat kurang tanggap terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Upaya pemerintah untuk menghindari munculnya perbedaan waktu perayaan Idul Fitri di Indonesia belum dilakukan dengan baik. Buktinya dapat dilihat dari kenyataan yang ada di mana perbedaan dalam penetapan 1 Syawal hampir setiap tahun pasti terjadi antara Muhammadiyah, pemerintah dan ormas Islam lainnya.
"Padahal Muhammadiyah sudah mengumumkan penetapan 1 Syawal jauh-jauh hari, jika pemerintah tanggap dan berniat mencarikan solusi dari perbedaan tersebut seharusnya memanggil pihak Muhammadiyah dan meminta pendapatnya tentang penetapan 1 Syawal tersebut," ujarnya.