Sabtu 03 Sep 2011 09:12 WIB

Rayakan Pembebasan, Warga Tripoli Berkumpul di Lapangan Syuhada

Rakyat Libya berkumpul merayakan Idul Fitri dan kejatuhan rezim Qadafi di Lapangan Hijau, di ibukota Tripoli, Rabu (31/8).
Foto: AP
Rakyat Libya berkumpul merayakan Idul Fitri dan kejatuhan rezim Qadafi di Lapangan Hijau, di ibukota Tripoli, Rabu (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Puluhan ribu orang berkumpul dan bersuka ria di Lapangan Hijau Tripoli -- yang kini berganti nama menjadi Lapangan Syuhada -- Sabtu pagi untuk merayakan kebebasan mereka setelah selama 42 tahun di bawah kekuasaan Moammar Qddafi.

Warga masyarakat ibu kota itu yang berada di wilayah pesisir berbondong-bondong dengan menggunakan bus, mobil dan berjalan kaki sambil berulang-ulang meneriakkan kata-kata: "Sekarang kita bebas."

Di antara mereka, ada kaum wanita yang mengenakan pakaian muslimah dan jilbab berwarna-warni sementara anak-anak muda berbusana mode paling akhir.

"Apakah Anda merasakan bagaimana udara yang kita hirup bersih," kata Manal Al-Deber, seorang pilot yang berusia 35 tahun. "Kami memimpikan momen ini selama 42 tahun terakhir dan sekarang jadi kenyataan. Hari ini saya tak mimpi lagi. Masa depan kami brilian."

Belum ada tanda-tanda rasa simpati bagi Qaddafi yang dalam beberapa bulan terakhir berulang-ulang lewat siaran-siaran radio menyatakan bahwa ia dicintai rakyatnya dan menuding gerakan anti rezim sebagai persekongkolan Barat.

"Qaddafi telah mengatakan bahwa rakyat mencintainya. Rakyat Tripoli ingin memberitahu dia bagaimana mereka cinta revolusi," kata Jamal Mansur, 50 tahun, yang turut memberontak menggulingkan rezim itu.

Orang-orang lain berkomentar bagaimana rakyat bebas bertindak, sama sekali kontras dengan masa-masa sebelumnya ketika jaringan mata-mata dan informan Qaddafi memberangus kebebasan berbicara.

"Orang-orang berubah. Awalnya mereka tak berani, wajah mereka ketakutan," kata Ahmed Tarsin, 34 tahun. "Mereka menggunakan waktu mereka menanyai Anda siapa Anda dan apa yang Anda inginkan. Hari ini mereka cerah dan ceria," tambahnya.

Kerumunan warga, yang menimbulkan kemacetan sepanjang pantai menuju Lapangan Syuhada di pusat kota itu, kawasan tempat Qaddafi tinggal, berteriak: "Rakyat Libya, angkat kepalamu, Anda bebas!"

Yang lain dengan memegang bendera hitam, hijau dan merah, lambang bendera revolusi, meneriakkan :"Allahu Akbar," -- teriakan para pejuang yang menggulingkan Qaddafi.

Mereka juga membawa bendera Amerika Serikat dan Prancis untuk menunjukkan rasa terima kasih atas intervensi militer pimpinan NATO. "Kami akan menang atau mati" dan "Libya satu dan bersatu," bunyi salah satu spanduk.

Menteri Dalam Negeri dan Keamanan sementara Ahmed Darrad mengatakan di Tripoli pada Jumat bahwa para pejuang dari mana saja yang telah membantu membebaskan ibu kota itu hendaknya sekarang pulang.

"Mulai Sabtu sudah akan ada sejumlah besar personil keamanan dan polisi yang akan kembali bertugas," katanya kepada AFP. "Sekarang para pendukung revolusi Tripoli dapat melindungi kota mereka sendiri."

Tuntutan itu bertujuan untuk meniadakan kemungkinan ketegangan antara pendukung revolusi Tripoli yang baru muncul dana sejumlah pejuang yang menyerbu ibu kota dan kota-kota lainnya untuk menggulingkan rezim Gaddafi.

Bendera-bendera revolusi bertebaran di mana-mana, termasuk di atas mobil pick up yang bersenjata senapan. Anak-anak muda terlihat berdansa dengan iringan musik dari tamborin.

Qaddafi, yang akan menandai ulang tahun kudeta 1969 yang membawanya ke tampuk kekuasaan pada Kamis, masih belum diketahui keberadaannya tetapi tidak menunjukkan tanda menyerah.

"Jika mereka menginginkan pertempuran lama, biarlah lama. Jika Libya terbakar, siapa yang akan memimpin? Biarlah terbakar," katanya dalam bagian pertama dari dua pernyataan yang disiarkan saluran televisi.

"Tujuannya adalah membunuh musuh di manapun dia mungkin berada, apakah dia orang Libya atau asing," katanya dengan suara tenang dalam pesan keduanya.

Musuh-musuhnya mengatakan Qaddafi dan putranya Seif al-Islam mungkin berada di Bani Walid, di bagian tenggara Tripoli dan masih bersama tentara yang setia dengannya. Bentrokan-bentrokan telah terjadi di antara mereka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement