REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Timnas Indonesia akan mengindari hadiah corner dan tendangan bebas untuk
Bahrain. Tendangan bola mati menjadi momok bagi Indonesia menyusul postur pemain timnas yang kalah dibanding Bahrain.
Timnas merujuk kekalahan atas Iran yang lebih diakibatkan keunggulan postur lawan. "Masalah postur dan fisik memang sangat berpengaruh dalam sebuah laga internasional. Tapi kita tidak bisa berbuat banyak karena materi tim ini terbatas," ujar pelatih timnas Wim Rijsbergen dalam konferensi pers jelang pertandingan kontra Bahrain, Senin (5/9).
Dia mencontohkan bagaimana tinggi seorang Eka Ramdani yang mungkin hanya setengah dari tinggi badan bek-bek Iran. Pun halnya Bahrain yang memiliki postur yang tidak jauh berbeda dibanding Iran.
"Karenanya kita harus lama menahan bola dan mengindari tendangan corner dan tendangan bebas untuk mereka," ujar Wim memberi tips bagi para pemain timnas. Selain itu, konsentrasi harus terjaga penuh untuk mengantisipasi serbuah lawan.
Di laga melawan Iran, dua gol penentu kekalahan timnas diciptakan lewat sundulan Javad Nekounam memanfaatkan hadiah tendangan bebas. Javad Nekounam yang memiliki postur menjulang 186 sentimeter jadi momok bagi pemain timnas yang ratai-rata memiliki tinggi kurang dari 175 sentimeter. Hanya Hamka Hamzah yang memiliki postir mencapai 183 sentimeter.
"Saya tidak bisa apa-apa untuk hal ini. Tidak bisa saya menarik kaki mereka supaya lebih tinggi," canda Wim. Strategi menahan bola dan mempersempit ruang corner serta tendangan bebas, merupakan cara yang digunakan klub Barcelona yang dihuni mayoritas pemain bertubuh mungil.
Cara ini terbukti efektif kala Barca mengalahkan Manchester United di finl Liga Champions 2011. Dengan menahan bola, Barca sukses membuat MU hanya sekali memperoleh corner. Padahal saat itu MU dihuni pemain yang rata-rata bertinggi diatas 185 sentimeter.