REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – KH A Shohibulwafa Tajul Arifin atau lebih dikenal sebagai Abah Anom, lahir pada 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima pendiri Pondok Pesantren Suralaya di Tasikmalaya, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad.
Setelah Abah Sepuh meninggal pada 1956, Abah Anom menggantikan posisi pemimpin Pondok Pesantren Suralaya. Selama masa kepemimpinannya, pondok ini menjadi pelopor pembangunan perekonomian rakyat.
Pembangunan irigasi untuk pertanian dan kincir air untuk pembangkit listrik, adalah contoh dari kepeloporan pesantren ini sejak kepemimpinan Abah Anom. Bahkan pada masa sulit pangan di era 50-an, pesantren ini memelopori program swasembada beras.
Pada 1961, Abah Anom mendirikan Yayasan Serba Bhakti, yang menghadirkan pendidikan TK sampai perguruan tinggi. Selain itu, Abah Anom juga membangun Pondok Remaja Inabah, untuk membantu masyarakat yang mengalami gangguan mental karena beragam sebab.
Keberadaan pondok Inabah menjadi jembatan emas yang menarik para praktisi dan akademisi, bahwa ajaran Islam mampu merehabilitasi beragam kerusakan mental. Pondok Inabah juga meyakinkan bahwa penguatan dasar iman dan takwa bisa menjadi daya tangkal yang kuat untuk kerusakan mental.
Dasar kiprah Abah Anom, adalah pemahaman atas prinsip zuhud. Tapi, zuhud yang bukan berarti meninggalkan kehidupan dunia semata. Menurut Abah Anom, zuhud adalah qasr al-'amal, yang artinya pendek angan-angan, tidak banyak mengkhayal, dan bersikap realistis. "Jadi, zuhud bukan berarti makan ala kadarnya dan berpakaian compang-camping,'' tutur beliau suatu ketika.