REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Garda Revolusi elit Iran telah membunuh 22 pemberontak dari Partai Hidup Bebas Kurdistan (PJAK) dalam serangan baru di sepanjang perbatasan barat laut dengan Irak, kata televisi pemerintah Senin (5/9)
"Dua puluh dua gerilyawan PJAK tewas dalam operasi penjaga baru di Dataran Tinggi Sardasht, dan lainnya 27 pemberontak terluka," kata laporan itu. Perwira operasi pengawal Kolonel Hamid Ahmadi mengatakan, serangan itu diluncurkan pada Jumat dan akan "diteruskan sampai semua kontra-revolusioner, pemberontak dan teroris telah dibersihkan."
Media Iran melaporkan Sabtu bahwa dua pengawal telah dibunuh pada hari pertama serangan. Pemberontak PJAK telah berulang kali bentrok dengan pasukan Iran dalam beberapa tahun terakhir, mengundang pemboman balas dendam dari pangkalan-pangkalan mereka di distrik-distrik pegunungan perbatasan Kurdistan Irak.
Pada Juli, Iran meluncurkan serangan besar terhadap pemberontak, melakukan penembakan terhadap kabupaten-kabupaten perbatasan selama berpekan-pekan.
Para komandan mengatakan, mereka telah menghentikan operasi itu selama bulan puasa Ramadhan untuk memberikan pemberontak kesempatan menarik kembali dari daerah-daerah perbatasan, namun mereka gagal untuk melakukannya.
Pengawas HAM internasional, Human Rights Watch, mengatakan pada Jumat pekan lalu, bahwa pihaknya memiliki bukti-bukti bahwa Iran mungkin telah sengaja menargetkan sipil dalam serangannya terhadap pemberontak.
Pihaknya menuduh Turki gagal untuk mengambil tindakan pencegahan yang memadai guna melindungi warga sipil dalam operasi penembakan dan serangan udara terhadap tempat-tempat yang dicurigai sebagai pangkalan terbuka pemberontak Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Irak utara.
Ankara mengumumkan dimulainya kembali operasi terhadap pangkalan-pangkalan PKK pada pertengahan Agustus. Kelompok ini telah berjuang untuk pemerintahan mandiri suku Kurdi di Turki tenggara sejak 1984.