REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Upaya menjatuhkan Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Gumilar K Soemantri terkait pemberian gelar Doktor HC kepada Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz, harus dihentikan karena akan merugikan Universitas Indonesia secara keseluruhan.
"Para alumni UI yang ingin menggulingkan Rektor UI Prof Dr Gumilar K sebaiknya berpikir ulang dan menghentikan upaya tersebut dan kedepankan dialog," kata Sosiolog Dr Musni Umar, alumnus Universitas Indonesia (UI), di Jakarta, Senin.
Menurut dia, Prof. Gumilar merupakan salah satu rektor terbaik yang pernah dimiliki UI. Sejak menjadi Dekan FISIP UI telah membuat berbagai prestasi yang mengagumkan. Itu sebabnya, dia dipilih menjadi rektor UI yang merupakan rektor pertama dari FISIP UI.
Setelah menjadi rektor UI bersama jajaran UI telah banyak meraih prestasi dan mengharumkan nama baik UI. Di bawah Prof. Gumilar, UI telah menjadi universitas terkemuka yang menduduki ranking dunia yang amat membanggakan.
Peringkat yang baru saja dirilis terhadap 10.200 perguruan tinggi di 200 negara di dunia, UI menduduki ranking 155 dunia. Bandingkan dengan Ubiversitas Gajah Mada (UGM) yang menempati ranking 621 dunia dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) di peringkat 779.
Ia mengatakan hal itu terkait dengan sejumlah alumni dan para mahasiswa UI yang melakukan demo di kampus Kuning Depok, Senin pagi, karena memprotes kebijakan Rektor UI yang memberikan gelar Doktor HC kepada Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz.
Selain itu, lanjut Musni, kedekatan Prof Gumilar dengan istana, bahkan diisukan mau menjadi menteri, merupakan alasan utama dari sebagian alumni UI yang ingin melengserkannya sebagai rektor.
Kasus Rektor UI, sebenarnya sangat terkait dan sarat dengan kepentingan politik. Pertama, pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni UI (ILUNI UI) Oktober 2011, banyak alumni yang tidak setuju kalau dari kalangan istana yang memimpin ILUNI UI.
Kedua, pemilihan Rektor UI, yang dalam suatu pertemuan di kediaman seorang alumni UI diungkapkan bahwa peluang Prof. Gumilar masih sangat kuat, dan untuk melengserkannya harus ada tekanan yang besar dari luar (alumni UI).
Ketiga, melemahnya dukungan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden SBY. "UI dalam sejarahnya selalu berada di garda terdepan dalam proses perubahan di Indonesia," kata Musni mengingatkan.