REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Sejak 1999, baru tahun ini rakyat Gaza kembali dapat menjalani Hari Raya Idul Fitri dengan aman tanpa adanya serangan Israel. Menurut seorang warga Gaza, Abu Muhammad, kepada relawan MER-C Indonesia, Abdillah Onim, kondisi hari raya di Gaza yang aman seperti ini hanya mereka rasakan pada Idul Fitri tahun 1999, yang baru dapat mereka rasakan kembali di tahun ini.
Kondisi Gaza yang aman di kala Idul Fitri juga dirasakan oleh enam relawan MER-C yang sedang bertugas mengawal pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza: Abdillah Onim, Ir. Edi Wahyudi, Ir. Ahmad Fauzi, Darusman bin Nurkhamid, Ust. Abdurrahman dan M. Husein.
Kondisi yang aman tanpa serangan Israel baru terjadi sejak tidak hari sebelum Idul Fitri. Sebelumnya, selama beberapa waktu selama bulan Ramadhan, kondisi Jalur Gaza mencekam akibat serangan yang tak terduga dan sporadis yang dilakukan oleh zionis Israel. Serangan dilakukan melalui darat dengan menggunakan tank-tank, serangan jarak jauh dengan menggunakan roket, maupun melalui udara dengan pesawat tanpa awak dan jet tempur.
Serangan selama Ramadhan ini telah berakibat sangat fatal, yang menyebabkan tidak kurang dari 20 orang kehilangan nyawa dan lebih 80 lainnya mengalami luka parah, serta belasan rumah penduduk rata dengan tanah.
Menurut salah satu relawan, Abdillah, Zionis tidak memilih dalam melakukan serangan. Tua, muda, wanita bahkan bocah kecil tak berdosa menjadi sasaran kebrutalan mereka. “Kami menyaksikan tubuh bocah hangus tak berbentuk, luka-luka yang menganga, tulang-tulang hancur, bahkan daging manusia yang hancur bertebaran serta darah berceceran di pemberhentian roket-roket zionis Israel,” demikian tulis Abdillah dalam surat elektroniknya kepada MER-C
Serangan seringkali dilakukan ketika masyarakat Gaza tengah menyantap sahur ataupun berbuka puasa. Tak jarang serangan dilakukan ketika warga Gaza sedang melaksakan sholat wajib di masjid-masjid.
Bahkan, sempat beberapa kali serangan Israel mendarat sangat dekat dengan lokasi pembangunan RS Indonesia, hanya berjarak sekitar 30 meter. Untungnya, kata Abdillah, serangan itu terjadi di hari Jumat saat aktifitas pembangunan RS Indonesia di Gaza sedang libur dan tidak ada pekerja maupun relawan Indonesia yang berada di dekat lokasi RS.
Para relawan Indonesia, yang merasakan langsung goncangan serta bunyi gemuruh tatkala rudal dan bom Israel mendarat di tanah Gaza, menyayangkan sikap masa bodoh dunia internasional dan PBB terhadap kondisi di Gaza, termasuk lemahnya peran negara-negara dan organisasi-organisasi Islam.
Khotbah Ismail Haniya
Keenam relawan MER-C tak pernah membayangkan bisa berkesempatan menjalankan ibadah Ramadhan dan merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama warga Gaza. Mereka berada di Gaza dalam rangka mengawal proses pembangunan RS Indonesia yang sudah mencapai tahap pembangunan pondasi dan tiang lantai satu dari 2 lantai yang direncanakan.
“Ketika Idul Fitri tiba, kami membagi diri menjadi dua tim untuk melaksanakan sholat Ied di dua tempat yang berbeda. Tim pertama terdiri dari empat orang –Ir. Ahmad Fauzi, Ust. Abdurrahman, Ir. Edy Wahyudi dan Abdillah Onim- melakukan sholat Ied di lapangan yang letaknya berdekatan dengan posko MER-C di Gaza yang berhadapan dengan Rumah Sakit Al-Quds di Tal el-Islam di Gaza City. Sedangkan dua relawan lainnya -Darusman dan M. Husein- melaksanakan sholat Ied di Gaza Selatan tepatnya di kota Khan Younis. Sholat Ied yang digelar di Lapangan Balai Kota Khan Younis ini diimami langsung oleh Perdana Menteri Ismail Haniya,” papar surat elektronik dari para relawan kepada MER-C
PM Ismail Haniya tiba di lokasi sholat Ied dengan pengawalan yang ketat dan diiringi oleh konvoi dari Inggris dan Afrika yang tiba di Jalur Gaza sehari sebelumnya. Ribuan masyarakat Khan Younis menyambut kedatangan PM Ismail Haniya dengan teriakan takbir yang menggema dan penuh semangat.
Dua relawan MER-C, Darusman dan M. Husein, tiba di lokasi sholat Ied beberapa detik setelah kedatangan PM Ismail Haniya. Keduanya mendapatkan kehormatan mengisi tempat khusus bersama para menteri dan tamu asing lainnya.
“Meskipun jama'ah shalat Ied tumpah ruah sampai ke jalan-jalan raya, namun suasana shalat kali ini terasa sangat syahdu dan khusyu’. Lantunan merdu ayat-ayat Al-Quran oleh sang Pemimpin yang juga lebih akrab dipanggil Abul 'Abid benar-benar telah menghipnotis para pendengarnya ke dalam dimensi khusyu,” ungkap Husein, relawan MER-C Indonesia yang paling muda. “Kali ini kami lebih melihat sosok PM Ismail Haniya sebagai seorang ulama quro (Spesialis dalam bacaan Al-Quran) dibandingkan seorang politikus.”
Khutbah Idul Fitri juga disampaikan oleh Haniya. Dalam khotbahnya yang disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi termasuk Al-Aqsa TV dan TV Al-Quds, Haniya mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada Umat Muslim di seluruh dunia. Ia menyampaikan bahwa kondisi Gaza masih diblokade dan kehidupan rakyat Gaza kian memburuk. Lebih lanjut Haniya menyerukan kepada seluruh umat Islam agar meningkatkan kepeduliannya kepada Masjid Al-Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam.
Di sela-sela khotbahnya, Haniya juga menekankan kepada pemerintahan Zionis Israel agar jangan gegabah untuk memperpanjang blokade terhadap Gaza karena warga Gaza tidak sendiri, melainkan bersama-sama dengan banyak negara lainnya.
Sebagai contoh Haniya menunjukkan bahwa hari ini warga Gaza sholat Ied bersama puluhan anggota konvoi dari Afrika Selatan. Dua minggu lalu, warga Gaza juga menjalankan puasa Ramadhan bersama 11 orang warga dari Malaysia dan Eropa, bahkan sampai dengan detik ini warga Gaza hidup berdampingan dengan rakyat Indonesia di Jalur Gaza.
Dalam khutbah yang dikawal ketat oleh ratusan tentara ini, Sang Perdana Menteri menegaskan bahwa berbagai perubahan besar yang terjadi di bumi Palestina yang mereka alami dalam kurun waktu terakhir melalui berbagai revolusi dan kebangkitan semakin menunjukan hasil positif ke arah pembebasan Masjid Al Aqsha.
Pada kesempatan tersebut, Haniya juga menyampaikan bela sungkawanya terhadap para syuhada yang menajdi korban serangan brutal Zionis Israel selama Ramadhan kemarin yang mayoritas berasal dari daerah Khan Younis. Tidak lupa ia juga mengucapkan selamat datang kepada para konvoi dari luar Palestina dan berterima kasih terhadap kepedulian mereka selama ini.
“Kami tidak akan pernah mengenal yang namanya Israel. Hanya ada satu kata yaitu ‘kembali’, kembalikan hak kami dan apapun akan kami tempuh walau bersimbah darah,” pesan Haniya di akhir khotbahnya, seperti diutarakan Husein.
Bersilaturahim Idul Fitri di Gaza
Selepas acara shalat Ied berjama'ah, dua relawan Indonesia, Darusman dan M. Husein, bersama konvoi dari Inggris dan Afrika bertolak menemani rombongan PM mengunjungi beberapa keluarga para syuhada yang berada di sekitar kota Khan Younis. Dalam kunjungannya, PM Ismail Haniya benar-benar menunjukkan rasa persaudaraan dan hubungan kekeluargaan terhadap keluarga para syuhada tersebut.
Usai sholat, relawan Indonesia kembali berkumpul di posko MER-C Cabang Gaza dan menerima kunjungan dari sahabat-sahabat baru di Gaza.
Abdillah Onim, pemuda asal Galela, Maluku Utara, yang belum lama menikahi muslimah Gaza, mengaku sangat bersyukur bisa merasakan Idul Fitri dengan keluarga barunya. Seperti halnya di Indonesia, Abdillah berserta istrinnya menyempatkan bersilturahim ke keluarga istrinya yang kebanyakan tinggal di wilayah Gaza bagian Utara.
Pada pukul 6 sore waktu Gaza, relawan MER-C mengunjungi rumah kontraktor RS Indonesia, Yaser Keshko atau Abu Mansur, untuk bersilaturahim. Mereka disuguhi kue khas Gaza, yaitu kue kaek, kacang arab/mukassarat, teh panas dan ditutup dengan kopi sada atau kopi pahit dan kurma mentah yang segar dan manis.