Kamis 08 Sep 2011 16:27 WIB

Mendengar Suara-Suara Muslim dan Minoritas Dibalik 9/11 Amerika

Unheard Voices of 9/11
Foto: Screenshot/unheardvoicesof911.org
Unheard Voices of 9/11

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menyampaikan suara Muslim dan penganut Sikh, sebuah situs online baru diluncurkan. Situs itu mendokumentasikan ancaman fisik dan tindak kriminal didorong kebencian serta penargetan terhadap kaum minoritas tersebu pascatragedi WTC 9/11 di Amerika.

"Kita semua terkena dampak 9/11, namun media-media besat tidak selalu mau melirik kisah kami," ujar direktur Koalisi Sikh, Sapreet Kaur, salah satu grup yang terlibat dalam upaya itu seperti dikutip CNN.

Situs dengan judul "Unheard Voices of 9/11," (Suara-suara 9/11 yang tak terdengar ) resmi meluncur di dunia maya pada Jumat pekan lalu. Ada ajakan kepada orang-orang untuk berbagi pengalaman tentang diskriminasi, penargetan dan sikap penolakan dari masyarakat karena keyakinan spiritual dan budaya mereka.

"Situs ini adalah kesempatan untuk menuturkan kisah-kisah kami sehingga suara kami bisa didengar," ujar Kaur.

Menumpahkan kerisauan mereka, para Muslim dan Sikh membagi kisah sedih di situs beralamat unheardvoiceof911.org, termasuk cerita-cerita pada hari-hari tak lama setelah serangan berlangsung.

Dalam enam hari pascaserangan, FBI dilaporkan melakukan 40 investigasi kriminal kebencian terhadap mereka yang diduga dibalik pembunuhan, penyerangan terhadap Amerika, dan mereka yang ditarget adalah Muslim, Arab dan etnis Asia Selatan.

Banjot Sing, seorang Sikh, memposting video berisi penuturan bagaimana seorang polisi menginterogasinya dan seorang teman yang baru saja turun dari kereta di Manhattan karena seorang penumpang 'berpikir kami adalah orang berbahaya'.

Seorang Muslim korban prasangka, Rabia Sajid, mengisahkan bagaiman seorang pria tiba-tiba menghentikan mobilnya di New York dan berterika kepadanya 'Pulang kamu ke negaramu, kalau tidak saya bunuh kamu."

Penduduk New York, yang terlibat dengan grup Aksi Pemuda Asia Selatan itu mengatakan bahkan seorang pastor dari gereja di mana ia dikotbahi, dan juga polisi, menyarankan agar ia melepas jilbab bila ia tak ingin ditarget.

Ia mengambil pilihan sulit yang akhirnya menjadi penyesalan terbesarnya, melepas jilbab, bagian dari keyakinnnya sebagai seorang Mulim untuk menghindari diskriminasi. "Kami memang tak mendapat masalah setelah itu, namun rasanya seperti melarikan diri dengan mencoba mengubah identitas dan siapa kami," ujar Sajid dalam acara dengar pendapat di Kota New York, bertajuk 'Unheard Voices' pada Agustus.

"Kami tak tahu bagaimana menghadapi masalah...Saya tak tahu apa yang bisa kami perbuat."

Dekade Ketakutan

Kisah-kisah yang dituturkan dalam situs itu merangkum satu dekade diskriminasi dan prasangka buruk terhadap agama minoritas era pascatragedi 9/11.

"Sepuluh tahun itu murni penuh ketakutan, takut dengan langkah berikut, takut terhadap tempat berikut yang akan didatangai, apa yang mungkin dihadapi saudara lelaki saya, ayah saya, apa yang mungkin saya hadapi," ungkap Manpreet Kaur, 21 tahun, dari Oak Brook, Illinois.

"Ini adalah bentuk ketakutan yang di mana pun kami pergi, sesuatu mungkin terjadi karena kami Sikh, karena pria-pira mengenakan turban, karena kami terlihat berbeda, karena nama kami berbeda."

Sejak 9/11, Muslim AS--diperkirakan berjumlah 6-8 juta--menjadi kian sensitif terhadap pengikisan hak-hak sipil. Muncul pemahaman bahwa Amerika telah memiliki stigma terhadap  keyakinan mereka.

Demam anti Muslim melejit tajam di AS pada beberapa bulan terakhir atas rencana pendiran masjid di dekat lokasi reruntuhan 9/11, New York. Situasi itu berbuntut serangan terhadap Muslim dan properti mereka.

Tak hanya itu, Muslim As juga merasakan sikap kekerasan kian intens setelah acara dengar pendapat di Kongres yang digagas Peter King mengenai 'radikalisasi' Muslim AS.

Peristiwa terkini yakni kontroversi seputar proposal pendiran Islamic Centre di Murfreesboro, Tennesse.  Para pemuka komunitas Muslim di Murfreesboro, Tennesse, mengajukan rencana pembangunan sebuah kompleks terdiri dari masjid, tempat olahraga, area bermain anak dan pemakaman.

Komisi Perencanaan Wilayah County Rutherford telah menyetujui rencana itu pada Mei dengan lahan di tenggara Murfreesboro. Namun rencanan itu tertunda karena mendapat penolakan keras penuh kemarahan dari warga lokal.

Bulan lalu, kembali komunitas Muslim AS mendapat serangan dari politisi. Kandidat presiden partai Republik, Herman Cain, mengatakan komunitas lokal harus mencegah masjid semacam itu didirikan. Meski, setelah itu ia meminta maaf atas ucapannya.

Dalam sebuah survei oleh Pew Research Center, mayoritas warga Amerika hanya tahu sedikit tentang Islam. Hasil poling yang dilakukan Washington Post dan ABC News juga menyebut bahwa lebih dari setengah warga Amerika telah memiliki pandangan negatif terhadap Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement