REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG – Pemerintah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, membutuhkan bantuan sukarelawan untuk menyelamatkan benda-benda peninggalan sejarah di Situs Majapahit yang berada di kawasan Gunung Kajar, Pegunungan Lasem.
"Penyelamatan Situs Majapahit Lasem harus diawali dengan penelitian untuk mengungkap keterkaitan masing-masing benda peninggalan sejarah di situs itu dan memastikan jumlah terkininya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rembang, Noor Effendi, Ahad (11/9).
Ia mengatakan, Pemkab mengantongi data sekitar 70 titik peninggalan sejarah di wilayah Lasem, termasuk benda-benda peninggalan era Kerajaan Majapahit di kawasan Desa Kajar, kecamatan setempat. "Namun data itu menurut kami, masih perlu disempurnakan. Sebab selain hanya menyajikan jumlah secara umum, data tersebut tidak menjelaskan muatan masing-masing titik peninggalan sejarah secara rinci."
Pihaknya pun meyakini jumlah terkini benda-benda peninggalan itu telah mengalami pergeseran, seiring dengan kemungkinan terjadinya pelapukan akibat faktor alam.
Karenanya dibutuhkan bantuan dari para sukarelawan untuk melakukan penelitian pada Situs Majapahit di kawasan Gunung Kajar, Pegunungan Lasem.
Noor Effendi menjelaskan, anggaran Pemkab setempat untuk secara khusus mengadakan penelitian tentang keterkaitan masing-masing benda peninggalan sejarah dan mengetahui jumlah terkini peninggalan yang masih bisa diselamatkan, terbatas. "Bilamana ada peneliti yang secara sukarela membantu kami melakukan penelitian di Situs Majapahit itu, hasilnya tentu akan berarti penting untuk menentukan langkah konservatif, sekaligus penyelamatan situs dari kerusakan," ujarnya.
Sejarah Kerajaan Majapahit pada era 1351 Masehi mewariskan setidaknya empat benda peninggalan berupa batu tapak kaki Raja Majapahit yang dikenal dengan watu tapak, goa tinatah, kursi kajar dan lingga kajar. Benda-benda peninggalan sejarah itu tersebar di kawasan Gunung Kajar, Pegunungan Lasem, Kabupaten Rembang.
Benda-benda peninggalan sejarah itu memang tidak cukup terawat, karena minimnya anggaran perawatan. "Goresan huruf palawa di lingga kajar, misalnya, sudah sulit dibaca lagi. Begitu pula peninggalan-peninggalan Majapahit lain, misalnya kajar kursi, juga tidak terperhatikan. Batu itu tidak lagi menyerupai kursi karena telah hancur sebagian," kata Noor.
Menurut dia, peran sukarelawan juga akan menjadi salah satu bahan untuk merealisasikan usulan dari Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Rembang, yakni menjadikan Situs Majapahit Lasem sebagai laboratorium sejarah.