REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Pada Juli 2011 ketika Wim Rijsbergen baru saja diangkat sebagai pelatih timnas Indonesia, pelatih kawakan Belanda, Foppe de Haan, sudah mewanti-wanti. Foppe memprediksikan Rijsbergen akan gagal jika targetnya lolos ke putaran final Piala Dunia 2014.
"Itu sangat berat kalau misinya adalah lolos putaran akhir Piala Dunia. Karena, Indonesia akan terganjal negara-negara tangguh di Asia," ujar Foppe yang saat itu sudah menyebut Iran sebagai barisan tim tangguh Asia.
Selain itu, Foppe juga menilai waktu yang diberikan pada rekan senegaranya di Indonesia itu terlalu mepet. Karena, ada faktor-faktor awal yang harus terpenuhi untuk menjalankan tugas dengan baik. Foppe, yang mengarsiteki timnas U-23 Indonesia pada 2006, kepada Radio Nederland mengatakan bahwa Rijsbergen sejak awal sudah harus memiliki pemain hasil pilihannya.
“Dia harus minta kejelasan soal seleksi pemain dan mendapatkan staf yang bisa dipercaya,'' kata Foppe. ''Lantas pemain sendiri perlu sering latihan lawan tim-tim tangguh.”
Sejak diangkat, Wim tidak banyak punya pilihan pemain. Dibanding dengan Alfred Riedl, Wim hanya menambahkan Boaz Solossa di skuadnya. Selain itu, dia juga tidak mendapat pendampingan dari staf Belanda yang dipercayainya.
Lestiadi satu-satunya orang Indonesia yang paling lama mendampingi Rijsbergen di PSM Makassar. Itu pun baru enam bulan mendampinginya.
Lebih dari itu, Indonesia juga menghadapi lawan serius di luar ASEAN. “Saat ini masih banyak negara saingan yang secara potensi di atas Indonesia. Kalau lawan Irak, Iran, Arab Saudi, Cina, Jepang atau Korea Selatan, itu Indonesia jelas belum siap,“ paparnya.