Selasa 13 Sep 2011 20:35 WIB

Akhiri Konflik, Presiden Yaman akan Serahkan Kekuasaan

Rep: Hiru Muhammad/ Red: cr01
Para pemuda Yaman mengacungkan tanda kemenangan saat berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh.
Foto: AP
Para pemuda Yaman mengacungkan tanda kemenangan saat berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, akhirnya mengeluarkan dekrit yang menyetujui memberikan otoritas kepada wakilnya untuk membahas penyerahan kekuasaan dan berdialog dengan kelompok oposisi.

Hal itu dilakukan guna mengakhiri krisis politik di Yaman yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Informasi itu disampaikan kantor berita Saba, Senin (12/9), yang menyebutkan Saleh telah memerintahkan wakilnya, Mansur Hadi, untuk melakukan upaya sesuai konstitusi guna berunding dengan oposisi.

Perintah saleh itu sebagai tindaklanjut dari proposal yang disampaikan enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) selaku penengah konflik di Yaman. Dalam dekrit yang dikutip The Telegraph tersebut, Hadi juga diberikan wewenang untuk menetapkan batas waktu penyerahan kekuasaan dan menandatanganinya. Dekrit itu dikeluarkan setelah Saleh terpaksa menjalani perawatan intensif di Arab Saudi, setelah lolos dari ancaman pembunuhan di Yaman 3 Juni lalu di kediamannya.

Dengan dikeluarkannya dekrit tersebut, Hadi dapat segera melakukan persiapan pemilu presiden yang akan diawasi lembaga regional dan internasional. Sebelumnya, Saleh sempat menolak menyerahkan kekuasaannya kepada deputi ataupun menandatangani inisiatif GCC tersebut. Dalam proposal itu disebutkan Saleh akan menyerahkan kekuasaannya dalam waktu 30 hari dan diikuti dengan pengunduran dirinya.

Mohammed Qathan, juru bicara kelompok oposisi, meminta kepada pemuda Yaman agar tidak terpancing dengan strategi yang dilakukan Saleh. Hal itu dianggap sebagai strategi untuk melemahkan upaya oposisi selama ini. "Sebelum Saleh menandatangani proposal GCC, pemerintahannya masih akan tetap berkuasa," katanya seperti dikutip CNN.

Namun seorang pejabat Yaman menyebutkan dekrit itu telah dibahas sejak beberapa pekan silam dan bukan strategi politik. Seluruh elit politik telah bekerja sama dengan GCC, AS, Uni Eropa dan PBB untuk menyelesaikan kemelut politik di Yaman.

Pejabat itu juga mengutip ucapan Saleh kepada wakilnya agar bernegosiasi, menandatangani dan menggelar pemilu secepatnya. Saleh tampaknya harus segera menyelesaikan pengobatannya di luar negeri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement