Kamis 15 Sep 2011 16:35 WIB

Syiar Islam di Australia Lebih Baik dari Eropa dan Amerika

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Muslim Australia
Foto: theage.com.au
Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Perkembangan syiar Islam di Australia lebih baik ketimbang di Eropa atau Amerika. "Mereka tidak mengalami diskriminasi berlebih. Boleh dibilang diterima dengan baik," papar Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Yunahar Ilyas yang sempat berkunjung ke sejumlah kota di Australia, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (15/9).

Yunahar mengatakan geliat dakwah Muslim Australia terbilang Mulus. Mereka optimalkan bekas bangunan gereja untuk dijadikan pusat dakwah dan masjid.

Sebab tidak mungkin membangun bangunan baru lantaran izinnya sulit, apalagi izin lingkungan. "Izin lingkungan itu paling berat. Dimana pun kalau posisi Muslim sebagai minoritas," katanya.

Yang menjadi banyak pembicaraan warga Australia terhadap komunitas Muslim, ungkap Yunahar, adalah soal parkir kendaraan. Berulang kali pemerintah Australia mencabut izin shalat Jum'at gara-gara parkir.

"Muslim Australia saat menuju Masjid menggunakan kendaraan pribadi. Parkir mendadak penuh dan menutupi bahu jalan. Warga yang sering melewati jalan itu kerap protes," paparnya yang sempat merasakan larangan izin pelaksanaan shalat Jum'at.

Diluar itu masalah parkir dan izin pembangunan Masjid, Yunahar memastikan Muslim Australia diterima dengan baik. Sekalipun ada, itu tidak banyak. Namun, penolakan itu menjadi awal dari perkenalan mereka terhadap Islam.

Sebab mereka tentu akan membaca-baca buku tentang Islam, selanjutnya mereka mungkin masuk Islam. "Banyak kejadian seperti itu," paparnya.

Meski berkembang, ungkap Yunahar, Muslim Australia belum bisa berdakwah keluar. Mereka masih berdakwah sebagai bentuk usaha mempertahankan eksistensi mereka sebagai Muslim. Jadi, dakwahnya lebih banyak ke dalam.

"Kelak ketika mereka sudah mapan, akan lahir para mubalig dari Australia. Kehadiran mereka memperkaya keragaman umat Islam," pungkas Yunahar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement