REPUBLIKA.CO.ID,NIKOSIA - Kunjungan PM Inggris David Cameron dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy di Libya menandakan awal 'penjajahan' terhadap negara kaya minyak itu. Demikian kata juru bicara Moammar Qaddafi, Mussa Ibrahim, di stasiun televisi Arrai.
Cameron dan Sarkozy, yang pasukannya memimpin serangan udara NATO untuk membantu menggulingkan Qaddafi, dipuji sebagai pahlawan dalam kunjungan mereka di Tripoli dan kota Benghazi. Tetapi Ibrahim, dalam percakapan telepon dengan stasiun televisi Arrai yang berpusat di Suriah, Kamis (15/9) malam menuduh misi gabungan mereka memiliki motif-motif tersembunyi.
"Kunjungan itu menandakan awal satu proyek penjajahan terhadap Libya," katanya. "Mereka bergegas mengumpulkan hasil-hasil akibat jatuhnya Tripoli. Karena, mereka khawatir kedatangan Amerika dan negara-negara lain yang ingin mendapat bagian sepotong kue."
Ibrahim tidak menjelaskan dari mana ia menelepon Arrai. Qaddafi dan para anggota kalangan dekatnya bersembunyi sejak Tripoli dikuasai para petempur Dewan Transisi Nasional (NTC) akhir bulan lalu. Mantan orang kuat Libya itu diperkirakan masih berada di Libya, meski anggota keluarganya sudah melarikan diri ke Aljazair dan Niger.
''Mereka (Inggris dan Prancis, red) bergegas ke Tripoli untuk membuat perjanjian-perjanjian rahasia dengan para pengkhianat dan kolaborator. Mereka ingi menguasai minyak dan investasi dengan dalih membangun kembali negara itu," kata Ibrahim. "Mereka kini berbicara tentang konstruksi Libya dengan dana ratusan miliaran dollar. Mereka menghancurkannya dan membangun kembali dengan uang rakyat Libya.''
Cameron ketika berada di Tripoli mengatakan Inggris akan membebaskan 950 juta dollar AS aset Libya sebagai bagian dari serangkaian tindakan yang bertujuan mendukung pemerintah baru Libya. Ia juga mengatakan Inggris akan mengeluarkan 12 juta poundsterling dari aset rezim Qaddafi yang dibekukan segera setelah Dewan Keamanan PBB menyetui satu rancangan resolusi yang Inggris dan Prancis ajukan.
Ibrahim menuduh Prancis dan Inggris berusaha menjadikan Libya sebagai daerah jajahan Barat. "Kami akan meeruskan perlawanan kami sampai kami menang. Kami akan memulihkan kembali Libya dan membebaskannya dari proyek kolonisasi ini. Perang jauh dari selesai, kami memiliki kemampuan untuk melawan dan menang," katanya.