REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Pakistan, Kamis (22/9) menolak tuduhan AS bahwa badan intelijen negara itu menggunakan jaringan Haqqani yang berkaitan dengan Al Qaida untuk perang di Afghanistan.
Para pejabat AS menuduh Pakistan Inter Services Intelligence (ISI) memiliki hubungan dengan jaringan Haqqani, yang mereka persalahkan karena serangan 13 September di kedutaan AS dan markas NATO di Kabul.
Lima polisi Afghanistan dan 10 warga sipil tewas dalam serangan berani itu. Berbicara pada penjelasan mingguan pada Kamis, juru bicara Kantor Luar Negeri Pakistan, Tehmina Janjua mengatakan, Pakistan tidak memiliki kerja sama dengan jaringan Haqqani dan tidak berperang bersama jaringan itu di Afghanistan.
Sebelumnya, para pejabat AS menyatakan bahwa ada bukti ISI telah mendorong jaringan Haqqani untuk menyerang sasaran-sasaran di Afghanistan. AS melontarkan tuduhan-tuduhan itu pada saat Komisi Alokasi Senat AS menyetujui sebuah RUU yang membuat "semua" bantuan keuangan AS kepada Pemerintah Pakistan, mengetahui rahasia kondisi kerja sama terhadap jaringan Haqqani dan kelompok-kelompok teror lain yang terkait dengan Al Qaida.
Mengenai pembunuhan kepala dewan perdamaian Afghanistan, Prof Burhanuddin Rabbani, juru bicara Kantor Luar Negeri mengatakan, dengan kematian Rabbani, rakyat Afghanistan telah "kehilangan seorang pemimpin visioner dan salah satu pendukung terkuat perdamaian," sementara Pakistan telah "kehilangan teman dan mitra sejati bagi perdamaian."
"Orang-orang Pakistan berkabung pada saat pemerintah Afghanistan merasa kehilangan yang tragis. Terorisme dan kekerasan hanya memperkuat tekad rakyat Afghanistan dan Pakistan untuk mengalahkan dan menghilangkan terorisme, dan untuk terus bekerja bagi rekonsiliasi serta perdamaian di Afghanistan," katanya.