REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekjen Internasional Conference of Islamic Scholars (ICIS) meminta Badan Nasional Pemberantasan Terorisme segera berkordinasi dengan Kementrian Agama dan Departemen Dalam Negeri untuk membuat program dari tingkat nasional hingga tingkat kabupaten/kota untuk mengumpulkan seluruh tokoh lintas agama.
Melalui rilisnya kepada Republika Jakarta, Senin (26/9), pelibatan tokoh tersebut untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang masalah yang menyangkut fundamentalisme agama,
ICIS menilai selama ini peringatan hanya lewat seminar di tingkat elite. Sehingga partisipasi masyarakat dan tokoh di tingkat akar rumput belum terkoordinasi dan hingga kini belum ada gerakan itu.
Menyangkut insiden bom berlangsung, tutur Hasyim, ia langsung menuju ke lokasi begitu mendengar kabar bom bunuh diri di gereja, Minggu sore (25/9). Ia juga segera menemui Kapolri, Kabareskrim, Kapolda Jawa Tengah, Walikota Solo, Kapolres, dan para pejabat setempat di lokasi kejadian. Ia menduga pelaku bom bunuh diri adalah pelaku lama sisa-sisa jaringan Cirebon yang mengebom.
Motifnya, menurut Mantan Ketua Umum PBNU itu, hanya membuat kekacauan dengan menggunakan isu SARA. Diduga aksi bom bunuh diri tersebut ditumpangi kepentingan yang lebih besar.
Ia mengkritik pula analisa BIN yang tidak tajam karena Undang-undang yang masih lemah. Karenanya, ia menyarankan agar UU anti terorisme harus dipertahankan, meskipun sekarang ini tumpul karena HAM. “ Belum ada strategi yang jitu dan koordinasi yang matang untuk pemberantasan terorisme,”katanya