REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Polisi melakukan identifikasi dan tes DNA terhadap jenazah pelaku bom bunih diri Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Untuk membandingkan jenazah pelaku bom dengan salah satu Daftar Pencarian Orang (DPO) bom Cirebon, Hayat, polisi memanggil isteri dan anak Hayat.
"Memang kita harus pastikan, maka itu kita panggil isteri dan anaknya (Hayat)," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, senin (26/9).
Anton menambahkan pemanggilan isteri dan anak Hayat untuk memastikan apakah pelaku merupakan Hayat yang menjadi salah satu dari lima DPO bom Cirebon atau bukan. Anak Hayat pun akan dilakukan tes DNA untuk menjadi pembanding DNA pelaku bom bunuh diri yang melukai 27 orang korban ini.
"Saat ini masih dilakukan tes DNA, mungkin besok (27/9) akan diungkapkan hasilnya," ujarnya.
Jenazah pelaku bom bunuh diri itu kini telah berada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Jenazah pelaku dikirim dari Solo pada Ahad (25/9) sekitar pukul 20.00 WIB dan tiba di RS Polri Kramat Jati sekitar pukul 07.00 WIB. Jenazah pelaku bom dikirim ke RS Polri Kramat Jati dengan menggunakan jalan darat.
Korban tewas dalam ledakan di GBIS Solo ditenggarai sebagai pelaku itu adalah Ahmad Yosefa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud. Pelaku masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) bom bunuh diri Cirebon. Bom bunuh diri Cirebon terjadi pada Jumat (15/4/2011) siang di Mesjid Adz Zikro di lingkungan Mapolresta Cirebon.
Bom bunuh diri meledak saat jamaah akan mulai menunaikan salat Jumat. Dalam ledakan bom itu, puluhan jamaah yang sebagian besar adalah anggota kepolisian terluka. Sedangkan pelaku bom bunuh diri, Muhammad Syarif, tewas di tempat usai meledakkan diri.