REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Dewan Keamanan PBB mulai mempertimbangkan keinginan Palestina untuk menjadi anggota penuh dari badan dunia tersebut.
Namun Amerika Serikat tetap bersikukuh mengancam akan memveto langkah Palestina. Menurut Amerika hanya perundingan Palestina-Israel yang dapat membentuk terciptanya negara Palestina.
Presiden AS Barack Obama mengatakan, tawaran menjadi anggota PBB adalah cara pintas yang tidak realistis. Menurutnya tawaran tersebut tidak akan menghasilkan perdamaian yang nyata dan abadi di tanah yang menjadi perebutan bangsa Palestina dan Israel.
Baik PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia telah mendesak Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan pada Jumat (24/9). Mereka menyerukan diadakan pembicaraan damai antara kedua belah pihak untuk mencari kesepakatan hingga akhir tahun ini.
Mantan perdana menteri Inggris Tony Blair mengatakan, dengan adanya pembicaraan damai hingga akhir tahun, maka akan terlihat pihak mana yang benar-benar tulus ingin berdamai. “Waktu akan memberi kedua belah pihak sebuah tes yang menguji ketulusan dari para pihak yang berseteru baik Palestina maupun Israel,” katanya.
Namun, Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas menolak adanya perundingan perdamaian dengan Israel, sebelum negara tersebut menghentikan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina. Alasan tersebut jugalah yang membuat perundingan mengalami kebuntuan sejak tahun lalu.
Pihaknya, ujar Abbas, menginginkan perdamaian melalui perundingan. Tetapi bukan perundingan yang asal-asalan. “Tidak akan ada perundingan tanpa adanya legitimasi internasional dan penghentian pembangunan pemukiman," ujarnya menegaskan.
Orang-orang Palestina berpendapat, Israel menganeksasi Yerusalem dan terus mencuri tanah mereka selama 20 tahun terakhir. Seorang negosiator senior Palestina Hanan Ashrawi mengatakan, pihaknya sudah sering melakukan negosiasi dengan Israel tapi kenyataannya hasilnya selalu tidak pernah direalisasikan. Itu merupakan masalah tersendiri.
Jadi, ujar Hanan,jika pihaknya hanya terus melakukan negosiasi dengan Israel itu sama saja memberikan waktu bagi Israel untuk membangun pemukiman lebih banyak, untuk mencuri tanah lebih banyak. “Hal itu tentu saja tidak hanya menghancurkan proses perdamaian, tetapi bahkan prospek perdamaian secara keseluruhan,”ujarnya.
Sejak Israel menduduki Tepi Barat pada tahun 1967, mereka telah membangun lebih dari 130 pemukiman di seluruh wilayah yang merupakan rumah bagi lebih dari 300.000 penduduk. Sementara itu 200.000 warga Israel yang lain tinggal di lingkungan pemukiman di timur Yerusalem.
Hingga saat ini upaya Abbas menuntut pengakuan negara Palestina merdeka di PBB memang belum berhasil. Namun, perjuangan Abbas mendapatkan dukungan dari rakyat Palestina. Bahkan saat dia menginjakkan kaki di tanah airnya dari markas PBB di New York dia disambut dengan gegap gempita oleh ribuan rakyat Palestina yang menyebutnya sebagai pahlawan. Di sana terlihat bahwa rakyat Palestina masih memiliki harap besar atas kemerdekaannya.
Dalam pidatonya, Abbas mengatakan, semua perjuangan yang dia lakukan adalah demi mewujudkan harapan rakyat Palestina untuk memperoleh tanah airnya. Perjuangan diplomatis telah dilakukan oleh Palestina. Namun dirinya sadar tidak semua negara menyukai langkahnya. Masih begitu banyak halangan yang membentang di depan.
“Memang ada pihak-pihak yang akan menjegal langkah kita. Ada pihak yang tidak ingin ada keadilan bagi Palestina dan menentang hak kita. Tapi kita akan terus melawan," serunya kepada rakyat Palestina di pemukiman Mukataa, Ramallah, Tepi Barat, Ahad, (25/9).
Dunia,ujar Abbas, melihat rakyat Palestina. “Mereka tahu, kalau kita hanyalah rakyat yang menuntut hak kita," ujarnya.