REPUBLIKA.CO.ID, YANGOON - Aktivis demokrasi Myanmar, Aung san Suu Kyi mengatakan pemberontakan gaya Arab bukan jawaban untuk masalah Myanmar. Ia mengatakan pada akhirnya tanda-tanda perubahan politik di Myanmar mulai terlihat, setelah puluhan tahun kekuasaan militer. "Walaupun masih jauh dari kebebasan yang sesungguhnya," katanya.
Saat menjawab pertanyaan tentang pemberontakan di Timur Tenga dan kemungkinan mengilhami gerakan pro-demokrasi di negaranya, Suu Kyi mengatakan bahwa pemberontakan gaya Arab tidak akan menyelesaikan masalah Myanmar. Situs jejaring sosial digunakan oleh demonstran anti-pemerintah untukberkomunikasi selama pemberontakan pro-demokrasi di Tunisia dan Mesir.
Di Myanmar, setelah pemberontakan yang dipimpin biksu gagal pada tahun 2007, warga ditengarai menggunakan internet untuk membocorkan informasi dan rekaman video real time ke dunia luas. Sejak itulah, rezim memblokir akses internet di Myanmar. Kini, akses internet telah dibuka kembali.
Pemenang penghargaan Nobel Perdamaian ini mengatakan bahwa pemerintah yang baru berkeinginan untuk melakukan reformasi secara demokratis. "Masih banyak yang harus dibenahi, tapi saya pikir telah ada perkembangan positif," kata pemimpin oposisi ini di kantor partainya di Myanmar.
"Saya selalu mengatakan saya optimis. Saya percaya bahwa presiden ingin membawa perubahan positif tetapi seberapa jauh dia akan bisa mencapai apa yang ingin ia capai adalah sebuah pertanyaan. Bahwa kita masih perlu memantau."
Setelah hampir setengah abad tangan besi muliter memegang kekuasaan di Myanmar, junta militer pada Maret menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah baru yang dipimpin oleh Thein Sein, presiden saat ini.
Pemungutan suara November, dimenangkan oleh partai dukungan militer
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan baru telah menunjukkan tanda-tanda untuk merangkul kubu oposisi, termasuk Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi, yang memenangkan pemilu 1990 namun tidak pernah diizinkan untuk memerintah.
Rezim telah mengadopsi sikap yang lebih lunak terhadap lawan-lawannya, termasuk Suu Kyi, yang bertemu Thein Sein bulan lalu.