REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD--Amerika Serikat harus berhenti menyalahkan Islamabad atas ketidak-stabilan regional, kata perdana menteri Pakistan pada pertemuan para pemimpin politik di negeri itu Kamis, saat Washington meningkatkan tekanan atas Islamabad agar menangani kelompok fanatik."Permainan melempar tuduhan mesti berakhir, dan kepentinan sensitif nasional Pakistan mesti dihormati," kata Yusuf Raza Gilani dalam komentar yang disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi lokal.
Para pejabat militer Pakistan, yang menetapkan keamanan dan kebijakan luar negeri, dijadwalkan memberi penjelasan pada pertemuan tersebut, tempat kemungkinan tindakan sepihak militer AS terhadap gerilyawan di Pakistan juga dibahas.
"Penyelesaian bagi berbagai masalah yang dilandasi atas persepsi mesti diupayakan melalui perundingan yang berarti. Pakistan tak dapat ditekan 'untuk berbuat lebih'," kata Gilani kepada para pejabat, termasuk kepala dinas rahasia militer Pakistan Letnan Jenderal Ahmad Shuja Pasha, dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Kayani --yang diperkirakan sebagai orang paling kuat di Pakistan.
"Kepentingan nasional kita mesti dihormati dalam segala keadaan. Dari sisi kita, semua pintu perundingan terbuka. Kita mengingini kerja sama masyarakat internasional," katanya.
Pakistan menyatakan negara tersebut telah melakukan lebih banyak pengorbanan dibandingkan negara mana pun dalam perang melawan fanatisme, dan kehilangan sebanyak 10.000 prajurit serta personel pasukan keamanan, demikian laporan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis malam. Namun dukungan meningkat di Kongres AS bagi perluasan aksi militer Amerika Serikat di Pakistan selain serangan pesawat tanpa awak, yang sudah ditujukan kepada gerilyawan, kata seorang pejabat senior partai Republik.
Pernyataan Senator Lindsey Graham, suara berpengaruh di partai Republik dalam urusan militer dan kebijakan luar negeri, dikeluarkan setelah komentar perwira tinggi militer AS Laksamana Mike Mullen. Mullen pekan lalu menuduh Pakistan "mendukung serangan jaringan Haqqani pada 13 September terhadap kedutaan besar AS di Kabul, Afghanistan".
Islamabad, yang telah menerima bantuan Amerika dengan nilai miliaran dolar AS kendati enggan memburu jaringan Haqqani, menghadapi tekanan paling kuat untuk menangani gerilyawan sejak Islamabad bergabung dalam "perang melawan teror" AS satu dasawarsa lalu.
Sementara itu militer Pakistan menghadapi kecaman masyarakat setelah serangan sepihak Amerika Serikat yang "menewaskan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden" di kota garnisun Pakistan pada Mei. Operasi serupa AS terhadap para pemimpin gerilyawan di Waziristan Utara di perbatasan dengan Afghanistan, tempat para pejabat Amerika mengatakan anggota Haqqani bermarkas, akan menjadi penghinaan lain bagi militer tangguh Pakistan.