REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Densus 88 menangkap salah seorang Daftar Pencarian Orang (DPO) bom Cirebon, Beni Asri di Solok, Sumatera Barat, pada Jumat (30/9) lalu. Saat ini Beni Asri tengah diperiksa di Mabes Polri mengenai keterlibatannya dalam bom Cirebon dan juga bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah.
"Sekarang masih didalami, kita punya satu pekan untuk pemeriksaannya," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam kepada Republika, Ahad (2/10).
Anton mengakui adanya penangkapan Beni Asri yang dilakukan Densus 88 di Jorong Kasiak, Nagari Koto Sani, Solok, Sumatera Barat pada Jumat (30/9). Di tempat itu, Beni Asri bersembunyi di kediaman orang tuanya pada beberapa bulan terakhir ini. Beni diciduk saat akan menuju masjid untuk menunaikan ibadah shalat Jumat.
Menurut Anton, Beni merupakan salah satu dari lima DPO bom Cirebon yang masih dicari polisi, termasuk Ahmad Yusefa Hayat yang menjadi pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo. Selain keterlibatannya dalam bom Cirebon, Beni juga akan didalami perannya dalam bom di Solo tersebut.
"Beni Asri itu DPO bom Cirebon. Kita juga akan mendalami perannya dalam bom di Solo dan ia juga diduga mengetahui keberadaan sisa bom pipa rakitan lainnya yang masih disimpan DPO tersebut," jelas mantan Kapolda Jawa Timur ini.
Ahmad Yusefa Hayat alias Pino Damayanto merupakan salah satu DPO bom Cirebon yang menjadi pelaku dalam bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah pada 25 September 2011 lalu.
Setelah Hayat tewas dan Beni Asri ditangkap, polisi masih mencari tiga DPO bom Cirebon lainnya yaitu Yadi Al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Nanang Irawan alias Gendut dan Heru Komarudin.
Polisi juga mencari dua orang DPO yang diduga ikut membantu Hayat dalam aksi bom bunuh dirinya. Namun polisi belum dapat menyebutkan inisial dua orang ini dan perannya secara detail. Komunikasi yang dilakukan Hayat di warung internet (Warnet) Solonet sebelum aksi bom bunuh dirinya, juga tengah didalami polisi.