Rabu 05 Oct 2011 12:55 WIB

Tanggapi Materi Anti-Islam FBI, Muslim AS Kirim Komplain Resmi ke Departemen Kehakiman

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Muslim AS menanggapi serius pelatihan agen FBI dengan panduan berisi material anti Islam bahkan menyebut Muslim seperti Nazi. Koalisi hak asasi manusia dan komunitas dari utara kota Seattle, Selasa (4/10) secara formal meminta penyelidikan resmi terhadap penggunaan material tersebut dalam mendidik agen penegak hukum mengenai kontra-terorisme.

"Saya pikir tidak seharusnya ada pelatihan yang mengaitkan grup etnis tertentu dalam semua tipe kriminal," ujar direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Washington, Arsalan Bukhari. CAIR menjadi penggerak dalam koalisi tersebut.

Saat memasukkan surat permintaan tersebut kepada divisi hak asasi Departemen Keadilan, koalisi juga menuding FBI sengaja menyewa pakar anti-Islam untuk mengajari agen penegak hukum mengenai Islam.

Permintaan koalisi itu didorong oleh pengungkapan sebelumya bahwa FKI telah menggunakan materi pelatihan yang mengandung pola-pola bermasalah mengusung anti-Muslim yang bias.

Bulan lalu, muncul laporan yang menyebut bahwa para agen FBI dilatih bahwa mayoritas Muslim adalah simpatisan teroris, yang berubah menjadi orang penuh kekerasan begitu mereka masuk kalangan taat.

Bagan kontroversial FBI yang dikutip oleh majalah Danger Room juga mengatakan bahwa Rasul Muhammad adalah pemimpin fanatik yang dikultuskan yang memiliki pemikiran laiknya sumber terorisme.

Pada Juli, FBI menggunakan material pelatihan tersebut yang mengklaim Islam berniat mengubah budaya negara AS menjadi seperti Arab pada abad ke-7.

Awal Mei, CAIR menyeru Home Security untuk menginvestigasi penggunaan pelatih dari asing yang mengusung informasi yang menawarkan pandangan keras, tidak akurat dan stereotip mengenai Muslim dan Islam terhadap para personel petugas keamanan nasional.

Beberapa material anti-Muslim juga diotorisasi oleh analis intelijen FBI, William Gawthrop, yang memiliki pandangan sangat miring dan keras terhadap Rasul Muhammad.

Pada tahun 2006, Gawthrop kepada situs WorldNetDaily mengatakan bahwa pemikiran Rasul Muhammad adalah sumber terorisme.

Nazi

Dalam jumpa pers, pakar teknik Muslim, Ghada Ellithy, menuturkan panduan yang mengaitkan Islam dengan Nazisme diberikan dalam satu dari delapan sesi pelatihan yang ia datangi sebagai bagian dari Akademi Warga Negara Seattle FBI.

"Saya seperti diundang ke rumah seseorang, kemudian si tuan rumah mulai memanggil saya dengan nama buruk," ujar Ghada.

Ellithy menulis komplain terhadap agen tersebut atas informasi tidak akurat. Namun ia belum mendapat respon.

Mengomentari kasus tersebut, seorang guru besar sejarah modern Timur Tengah dan Islam pertengahan dari University of Washington, Jere Bacharach, mengatakan literatus si agen tersebut menyimpang dari sejarah.

 Ia juga mengkritik penggunaan Nazi untuk menggambarkan Muslim. "Penyebutan yang disengaja untuk menimbulkan asosiasi itu sungguh tidak valid," ujar Jere.

"Itu sangat ofensif karena menciptakan citra buruk. Kata-kata berarti sesuatu dan ketika anda menggunakan kata 'Nazi' maka yang muncul adalah PD II dan anda membangkitkan citra yang sangat sangat negatif dan perasaan sangat negatif."

Menghadapi badai kritikan, kantor FBI di Seattle menolak merespon keluhan spesifik dari grup tersebut. Namun badan  tersebu dalam pernyataan yang telah disiapkan mengatakan FBI kini tengah melakukan review dan evaluasi menyeluruh terhadap semua pelatihan dan material referensi dalam banyak hal mengenai agama dam budaya.

Menurut jurubicara FBI Seattle, Ayn Sandalo Dietrich, review tersebut dilakukan di tingkat lokal dan nasional.

Kordinator HAM CAIR cabang Washington, Jennifer Gist, mengatakan bahwa kajian independen dari luar FBI dibutuhkan untuk memastikan bahwa para agen tidak dilatih untuk memprofilkan masyarakat dan mengidentifikasikan sosok, terutama terkait kriminal hanya berdasar agama mereka.

sumber : The Seattle Times
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement