REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Aktivitas gunung Anak Krakatau yang berstatus siaga (level IV) sejak 30 September 2011pukul 24.00, kecil kemungkinan bisa menimbulkan tsunami. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), DR Surono, mengungkapkan masyarakat tak perlu khawatir dengan aktivitas gunung yang terletak di selat Sunda, Banten ini.
"Anak Krakatau memiliki periode letusan yang pendek. Tidak lebih dari sepuluh tahun. Biasanya setiap dua tahun beraktivitas. Maka, Anak Krakatau tidak memiliki kesempatan untuk menyimpan energi yang besar", katanya di Jakarta, Rabu (5/10).
Ia melogikakan dengan tidak menyimpan energi yang besar, maka gunung anak krakatau tidak mengeluarkan letusan yang besar, sehingga tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
"Bencana alam itu kemungkinannya 0-100 persen. Saya tidak bisa menjamin akan meletus atau tidak. Tidak ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa memastikan akan datangnya bencana. Alam tidak selalu seperti apa yang kita perkirakan,"ungkapnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat di sekitar pantai di Lampung dan Banten untuk beraktivitas seperti biasa. Ia hanya menyarankan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan yang berjarak dua kilometer dari lokasi gunung Anak Krakatau untuk mengungsi.
Saat ini, aktivitas Anak Krakatau biasa mengeluarkan letusan 30-50 per harinya. Letusan kecil ini berkala tiap 15 menit. Ia menegaskan, letusan itu tidak berbahaya. "Anak Krakatau tidak seperti Krakatau yang menyimpan energi luar biasa," katanya.
Hingga saat ini, berdasarkan pengamatan dari PVMBG, enam gunung berstatus siaga, termasuk gunung Anak Krakatau dan 15 gunung berstatus waspada. Gunung berstatus siaga selain Anak Krakatau yaitu Gunung Lokon, Karangetang, Papandayan, Anak Ranakan dan Gunung Tambora.
Sedangkan 15 gunung api lainnya berstatus waspada yakni Gunung Lewetobi Laki Laki, Soputan, Ibu, Lewotobi Perempuan, Marapi, Bromo, Dieng, Gamkonora, Sinabung, Talang, Kerinci, Semeru, Sangeangpi, Gamalama dan Dukono. "Kami akan terus melakukan pantauan 24 jam sehari, dan akan dengan segera memberitakan kepada masyarakat jika ada perubahan aktivitas gunung," katanya. Dwi Murdaningsih